Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
DORMANSI BIJI GULMA
(Laporan Ilmu Teknik Pengendalian Gulma)
Oleh
Habiba Nurul Istiqomah
1114121095
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Biji khususnya dari
jenis-jenis gulma semusim mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan
keberhasilan usaha-usaha pencegahan dan pengendalian gulma. Biji merupakan
salah satu alat perkembangbiakan gulma. Produksi
biji gulma sangat bervariasi, tergantung dari lingkungan di mana gulma tumbuh. Pada
tanah yang tidak subur pun gulma dapat tumbuh dan memproduksi biji. Banyaknya biji dalam tanah yang dikenal
dengan simpanan biji (seed bank) dan
banyaknya biji yang masuk ke dalam tanah akan menentukan besarnya potensi
gangguan di lahan tersebut.
Umumnya biji terdiri dari
embrio, cadangan makanan, dan kulit biji. Biji mengandung semua bahan-bahan yang
diperlukan dari induknya. Selain itu
karena mempunyai cadangan makanan, biji mampu mempertahankan kecambahnya meskipun
hanya sementara. Perkecambahan biji
ditandai oleh beberapa tahapan proses fisiologis yaitu, imbibisi air,
peningkatan respirasi, mobilisasi cadangan makanan dan penggunaan simpanan makanan. Akhirnya akan terbentuk sel-sel baru,
jaringan-jaringan baru dan organ-organ baru yang meristematis.
Salah satu sifat biji adalah
dormansi. Dormansi merupakan strategi
reproduksi gulma untuk dapat bertahan hidup.
Dormansi gulma diartikan sebagai suatu tahapan istirahat metabolisme
gulma pada kondisi yang tidak
sesuai. Dengan sifat dormansi ini, gulma
dapat bertahan pada kondisi yang ekstrim lalu tumbuh sewaktu-waktu saat kondisi
lingkungan sudah sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Dormansi benih gulma dapat berlangsung selama
beberapa hari, semusim, beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun tergantung
pada jenis tanaman, tipe dari dormansinya, dan kondisi lingkungannya. Oleh karena itu,
dormansi benih gulma penting
untuk diketahui agar dapat menentukan cara pengendalian gulma yang tepat.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa
mengetahui jenis dormansi.
2. Mahasiswa
mengetahui kemampuan biji gulma yang mengalami dormansi.
3. Mahasiswa
mengetahui cara pemecahan dormansi biji gulma.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Benih dikatakan dorman apabila benih tersebut sebenarnya hidup
tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum
dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan. Dormansi pada
benih berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun
tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya (Sutopo, 2004).
Dormansi merupakan strategi benih-benih tumbuhan tertentu agar
dapat mengatasi lingkungan sub-optimum guna mempertahankan kelanjutan
spesiesnya. Terdapat berbagai penyebab dormansi benih yang pada garis besarnya
dapat digolongkan kedalam adanya hambatan dari kulit benih. Benih yang
mengalami dormansi organii tidak dapat berkecambah dalam kondisi lingkungan
perkecambahan yang optimum (Sadjad, 1993). Selain itu dormansi dapat
diartikan suatu keadaan dimana
pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk
terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu,
sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah
yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara
mengatasi dormansi tersebut. Struktur benih (kulit benih) yang keras sehingga
mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih. Substansi yang larut kemudian dapat membawa embrio dan respirasi,
dimana dormansi biji prosesnya tidak dapat dilihat dapat menunjukkan kemampuan
besar. Pada beberapa benih seperti beras, rumput, respirasi anaerob memerlukan
energi untuk pertumbuhan embrio, tetapi kebanyakan benih energi disuplai dalam
bentuk respirasi anaerob (Stern dkk, 2004).
Dormansi pada beberapa jenis benih disebabkan oleh:
1. Struktur benih, misalnya kulit benih,
braktea, gulma, perikarp, dan membran yang mempersulit keluar masuknya air dan
udara,
2. Kelainan fisiologis pada embrio,
3. Penghambat (inhibitor) perkecambahan atau penghalang
lainnya,
4. Gabungan dari faktor-faktor di atas
(Justice dan Bass, 1990).
Fase-fase yang terjadi dalam
dormansi biji menurut Abidin (1987) adalah :
1.
Fase
induksi ditandai dengan terjadinya penurunan jumlah hormon
2.
Fase
tertundanya metabolisme
3.
Fase
bertahanya embrio untuk berkecambah karena faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan
4.
Perkecambahan,
ditandai oleh meningkatnya hormon dan aktifitas enzim.
Dormansi dapat diatasi dengan perlakuan – perlakuan ; pemarutan
atau penggoresan ( skarifikasi ) yaitu dengan cara menghaluskan kulit benih
ataupun menggores kulit benih agar dapat dilalui air dan udara ; melemaskan
kulit benih dari sifat kerasnya ; memasukkan benih ke dalam botol yang disumbat
dan secara periodik mengguncang – guncangnya ; stratifikasi terhadap benih
dengan suhu rendah ataupun suhu tinggi ; perubahan suhu ; dan penggunaan zat
kimia. (Kartasapoetra, 2003)
Menurut Muhammad Salim Saleh (2004),
pada dasarnya dormansi dapat diperpendek dengan berbagai perlakuan sebelum
dikecambahkan, baik secara fisik, kimia dan biologi. Benih yang cepat
berkecambah berarti memiliki kesempatan tumbuh axis embrio lebih panjang
sehingga memungkinkan terjadi pembekakan pada bagian ujungnya sebagai tempat
pertumbuhan akar dan plumula sehingga akar menjadi lebih panjang.
Pertumbuhan embrio ditahan pada saat benih masak, tetapi mulai
lagi pada perkecambahan. Benih membutuhkan air untuk berkecambah, oksigen, dan
temperatur dimana suhunya antara 5o – 45oC. Benih yang
berkecambah memerlukan tiga faktor yang dibuat perkecambahan masak. Benih yang
baru saja dipanen, walaupun tidak mengalami perkecambahan, tetapi memasuki
tahap dormansi dan gagal merespon kondisi berkecambah.
Istilah yang pernah digunakan untuk menjelaskan dormansi dan yang
paling lazim adalah istilah istirahat dan pasif. Lebih banyak istilah yang
menyertakan kata dormansi di belakang kata keadaan (adjektif), misalnya primer,
sekunder, bawaan, dan sebagainya. Secara logis menjelaskan pentingnya kesatuan
istilah dan menganjurkan tiga istilah baru saja, yakni endodormansi,
ekodormansi, dan paradormansi. Di laboratorium dan di bidang pertanian (bila
perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak (yang menghilangkan bahan berlilin)
yang kadang mengahalangi masuknya air / asam pekat (Salisbury dan Ross, 1992).
Gejala dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan
lainnya seperti tunas, rhizome, dan umbi lapis (bulb). Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat
dikelompokkan dalam:
a. Faktor lingkungan eksternal, seperti
cahaya, temperatur, dan air,
b. Faktor internal, seperti kulit biji,
kematangan embrio,
c. Faktor waktu, seperti waktu setelah
pematangan, hilangnya inhibitor.
Lamanya dormansi dapat diperpanjang dengan merendahkan suhu
penyimpanan. Pada penelitiannya dengan menggunakan benih barley, oats, dan
sorghum yang berbeda-beda. Brown mendapatkan bahwa dormansi pada hampir semua
kultivar benih yang banyak terjadi dapat dipatahkan dengan menyimpannya pada
suhu 40o C. Robert mendapatkan bahwa dormansi pada beberapa kultivar
Thai Chu 65 sampai lebih dari 100 hari (waktu 100 hari untuk mematahkan 50%
benih dorman) pada kultivar Masalaci. Hull mematahkan dormansi pada benih
kacang tanah jalar Florida dengan menyimpannya pada suhu 20o – 25o
C dan 40o C. Justice mendapatkan bahwa satu-satunya cara mematahkan
dormansi benih Cyperus rotundus
adalah dengan menempatkannya pada lapisan basah pada suhu 40o C
selama tiga hingga enam minggu (Justice dan Bass, 1990).
III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan
dalam praktikum ini adalah benih gulma dari golongan daun lebar (Amaranthus sp.), rumput (Imperata cylindrica), dan teki (Cyperus kyllingia) sebanyak 50 benih, benih sawi (Brassica rapa), tanah di lapisan 0-20 cm, kertas merang, air, spons
dan label.
Alat yang dibutuhkan
adalah cawan petri, pot berukuran kecil, plastik hitam, sprayer kecil.
3.2 Prosedur Kerja
Dalam
praktikum ini, dilakukan dua jenis perlakuan dormansi, yaitu dormansi primer
dan dormansi paksaan. Langkah kerja yang dilakukan adalah:
A.
Dormansi
Primer
1. Biji yang sudah tua atau kering
disiapkan dari gulma daun lebar (Amaranthus sp.), rumput (Imperata
cylindrica), teki (Cyperus kyllingia), serta benih sawi (Brassica rapa)
2. Sebanyak 4 buah cawan petri yang
telah diberi kertas merang dan spon yang telah dibasahi air disiapkan.
3. Setelah media tersedia, benih/biji
gulma maupun tanaman sebanyak 50 butir yang telah disiapkan untuk masing-masing
jenis dimasukkan ke dalam cawan petri.
4. Pemeliharaan dilakukan dengan
menjaga kelembaban maupun syarat pertumbuhan yang diperlukan.
5. Perkecambahan yang muncul dihitung
setiap minggu hingga 4 minggu setelah tanam.
B.
Dormansi
Paksaan
1.
Tanah
dari lapisan olah lahan budidaya atau pertanian (kedalaman 0-20 cm) disiapkan
sebanyak 4 pot berukuran sekitar 1 kg tanah kering angin.
2.
Tanah
yang telah tersedia dalam 2 pot disiram dan dijaga kelembabannya kemudian
diletakkan 1 pot pada tempat terbuka (sinar penuh) dan 1 pot di tempat
ternaungi (tidak ada sinar). Perlakuan yang sama dilakukan juga dalam 2 pot
yang lain dengan tetap dalam keadaan kering serta meletakkannya seperti
perlakuan yang disiram.
3.
Setiap
jenis biji gulma yang tumbuh diamati dan dicatat setiap minggu hingga
pengamatan selama 4 minggu.
IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel
1. Pengamatan Dormansi Primer :Jumlah Kecambah yang Muncul
No
|
Jenis Gulma atau Tanaman
|
Waktu Pengamatan (MST =Minggu Setelah Tanam)
|
Persentase Perkecambahan (%)
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Rata-rata
|
||
1
|
Brassica rapa
|
48
|
0
|
0
|
0
|
96
|
0
|
0
|
0
|
24
|
2
|
Amaranthus sp
|
1
|
15
|
23
|
6
|
2
|
30
|
46
|
12
|
22,5
|
3
|
Cyperus kyllingia
|
1
|
6
|
5
|
8
|
2
|
12
|
10
|
16
|
10
|
4
|
Imperata cylindrica
|
5
|
0
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
2,5
|
Tabel
2. Pengamatan Dormansi Paksaan
No
|
Perlakuan
|
Jenis dan Jumlah Gulma Yang Tumbuh
|
|||||||
Minggu 1
|
Minggu 2
|
Minggu 3
|
Minggu 4
|
||||||
Jenis
|
Jumlah
|
Jenis
|
Jumlah
|
Jenis
|
Jumlah
|
Jenis
|
Jumlah
|
||
1
|
Tanah Lembab
|
||||||||
a.
Terbuka
|
-
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
b.
Tertutup
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
2
|
Tanah Kering
|
||||||||
a.
Terbuka
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|
b.
Tertutup
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2 Pembahasan
Dormansi
adalah tahap istirahat bagi benih dan merupakan mekanisme benih untuk bertahan
hidup guna mencegah agar benih tidak berkecambah saat kondisi tidak
memungkinkan untuk bertahan hidup. Dormansinya bersifat innate,induced atau
enforced (Bradbeer, 1989;Coppelad, 1980; Widaryanto, 2009).
a. Innate
Dormansi
Dormansi
innate menghambat perkecambahan pada
saat benih terlepas dari tanaman. Setelah benih terpisah dari tanaman
induknya, maka dibutuhkan waktu agar embrio yang belum matang bisa berkembang,
sehingga penghambat alami agar benih bisa terlepas, atau perbedaan suhu
yang ekstrim dapat memecah lapisan kulit benih yang keras sehingga memungkinkan
benih berkecambah.
b. Induced
Dormansi
Induced
dormansi adalah dormansi sementara yang terjadi saat benih mendapatkan
suhu panas atau dingin atau dalam kondisi lingkungan lainnya. Hal ini
terus berlanjut setelah lingkungan mengalami perubahan dan mencegah perkecambahan
pada waktu yang salah. Seringkali dibutuhkan masa bagi benih untuk berkecambah
setelah masak. Embrionya mungkin sudah berkembang sempurna tapi benih tidak
akan berkecambah meskipun lapisan kulitnya sudah mengelupas sehingga bisa
menyerap air dan oksigen dengan mudah. Ada tidaknya cahaya tidak berpengaruh
sama sekali. Terkadang suhu yang sejuk selama beberapa bulan akan mengakhiri
masa dormansi ini. Suhu panas mungkin bisa merangsang terjadinya dormansi pada
tanaman musim panas seperti Setaria pumila
dan Amaranthus spp. Hal ini dapat
mencegah benih agar tidak berkecambah di musim gugur. Suhu dingin selama musim
gugur dan musim dingin akan menghentikan masa dormansi ini sehingga benih bisa
berkecambah dimusim semi saat kondisinya benar-benar tepat. Proses ini terjadi
secara terbalik pada tanaman tahunan musim dingin.
c. Dormansi
Paksaan (enforced)
Terjadi
karena faktor lingkungan (kelembaban, cahaya, oksigen) kurang menguntungkan dan
segera berkecambah jika lingkungan menguntungkan.
Menurut
Setiawan (2013), dormansi terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Dormansi
Fisik
Pada tipe dormansi ini yang menyebabkan pembatas
struktural terhadap perkecambahan adalah kulit biji yang keras dan kedap
sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas pada
berbagai jenis tanaman. Yang termasuk dormansi fisik adalah:
a. Impermeabilitas
kulit biji terhadap air
Benih-benih
yang menunjukkan tipe dormansi ini disebut benih keras contohnya seperti pada
famili Leguminoceae, Malvaceae, Solanaceae, di sini pengambilan air terhalang
kulit biji yang mempunyai struktur terdiri dari lapisan sel-sel berupa palisade
yang berdinding tebal, terutama dipermukaan paling luar dan bagian dalamnya
mempunyai lapisan lilin. Di alam selain pergantian suhu tinggi dan rendah dapat
menyebabkan benih retak akibat pengembangan dan pengkerutan, juga kegiatan dari
bakteri dan cendawan dapat membantu memperpendek masa dormansi benih.
b. Resistensi
mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Pada
tipe dormansi ini, beberapa jenis benih tetap berada dalam keadaan dorman
disebabkan kulit biji yang cukup kuat untuk menghalangi pertumbuhan embrio.
Jika kulit ini dihilangkan maka embrio akan tumbuh dengan segera, tipe dormansi
ini biasanya dijumpai pada beberapa species gulma seperti Amaranthus sp. Pada tipe dormansi ini juga didapati tipe kulit biji
yang biasa dilalui oleh air dan oksigen, tetapi perkembangan embrio terhalang
oleh kekuatan mekanis dari kulit biji tersebut.
c. Adanya
zat penghambat
Sejumlah
jenis mengandung zat-zat penghambat dalam buah atau benih yang mencegah
perkecambahan. Penghambat perkecambahn terdapat dibeberapa tempat dalam buah
atau biji. Zat penghambat yang paling sering dijumpai ditemukan dalam daging
buah.
2. Dormasi
fisiologis (embrio)
Pada tipe dormasi ini penyebabnya ada dalam benih
yang dibedakan atas morfologi dan fisiologi.
a. Morfologi
Penyebabnya adalah embrio yang belum sempurna
pertumbuhannya atau belum matang. Benih-benih demikian memerlukan jangka waktu
tertentu agar dapat berkecambah (penyimpanan). Jangka waktu penyimpanan ini
berbeda-beda dari kurun waktu beberapa hari sampai beberapa tahun tergantung
jenis benih. Benih dengan embrio yang belum sempurna dijumpai contohnya pada
Aracaceae (palm) dan Ginko biloba
b. Fisiologis
(ketidakmasakan embrio)
Benih-benih dengan tipe dormansi secara fisiologis
belum masak, artinya belum mampu membentuk zat yang diperlukan untuk
perkecambahan, misalnya zat tumbuh seperti giberallin, dapat juga zat tumbuh
telah ada tetapi tidak aktif karena adanya hambatan yang berupa zat –zat
penghambat. Ada juga dijumpai tanaman tertentu yang mempunyai biji dimana
perkembangan embrionya tidak secepat jaringan disekelilingnya sehingga
perkecambahan dari benih-benih demikian perlu ditunda.
Pada
praktikum ini, berdasarkan pengamatan dormansi primer dapat dilihat bahwa
rata-rata persentase perkecambahan benih Brassica
rappa 24%, benih Amaranthus sp
22,5%, benih Cyperus kyllingia 10%,
dan benih Imperata cylindrica 2,5%.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat diketahui bahwa benih Imperata cylindrica
memiliki dormansi paling lama. Imperata cylindrica dikatakan dormansinya paling
lama karena persentase perkecambahannya hanya 2,5 %. Berdasarkan pengamatan
dormansi paksaan hanya pada minggu pertama ada gulma yang tumbuh pada perlakuan
tanah lembab terbuka. Sedangkan pada perlakuan yang lain tidak ada gulma yang
tumbuh. Menurut Sriyani (2013), faktor yang menghambat perkecambahan biji gulma
antara lain :
1.
Cahaya
Ada
beberapa jenis gulma dapat berkecambah bila ada cahaya (Poa sp, Rumex sp, Verbascum sp, dan Ranunculus sp), berkecambah
bila tidak ada cahaya (Lilium sp),
dan berkecambah baik ada atau tidak ada cahaya (Tritivum sp, Avena sp, dan Hordeum sp). Pengaruh cahaya ini juga
berkaitan dengan pengaruh kedalaman tanah. Semakin dalam biji gulma berada,
maka persentase perkecambahan semakin rendah. Sebaliknya, semakin dangkal biji
gulma berada, maka persentasi perkecambahan semakin tinggi.
2. Suhu
Gulma
tidak akan berkecambah pada suhu yang tidak cocok. Semakin tinggi suhu, maka
persentase perkecambahan semakin tinggi. Namun ada beberapa jenis gulma
memiliki suhu optimum untuk perkecambahannya, seperti Echinochloa crussgali yang memiliki suhu optimum sekitar 65-80 0F.
3. Kadar
Air
Gulma
tidak akan tumbuh bila kekurangan atau kelebihan air. Apabila gulma kekurangan
air, maka gulma akan kekeringan dan akan layu. Sebaliknya, apabila gulma
kelebihan air, maka biji gulma tersebut akan busuk dan akan menimbulkan
munculnya jamur.
4. Adanya
dormansi biji gulma.
Biji
gulma tidak akan berkecambah bila masih dalam kondisi dormansi yang lama.
Keuntungan
dari adanya dormansi gulma ini adalah sebagai berikut :
1. Menekan
pertumbuhan gulma.
2. Mengurangi
penutupan suatu areal akibat gulma.
3. Untuk
menentukan jenis herbisida yang digunakan dalam pengendalian gulma.
4. Mengurangi
kerugian produksi akibat gulma.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dormansi
biji gulma dapat dibedakan beberapa jenis, yaitu innate doemansi, induced
dormansi, dan enforced dormansi.
2. Dormansi
biji yang paling lama yaitu Imperata
cylindrica dengan rata-rata persentase perkecambahan yaitu 2,5 %.
3. Pada
pengamatan dormansi paksaan, yang tumbuh gulma hanya pada perlakuan tanah
lembab terbuka.
4. Perkecambahan
biji gulma dipengaruhi oleh cahaya, suhu, kadar air, dan karena adanya dormansi
biji gulma.
5. Keuntungan
adanya dormansi biji gulma yang utama adalah mengurangi penutupan areal atau
lahan akibat gulma.
Komentar