Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
Kami masih punya waktu beberapa hari di Maluku Tenggara Barat (MTB) sebelum harus berlayar menuju kabupaten penempatan sesungguhnya. Kesempatan yang baik untuk liburan di awal tugas tentunya.
Lumasebu punya cerita
Pantai Bumbul, salah satu pantai yang
terletak di desa Lumasebu, Maluku Tenggara Barat. Pantai ini dapat ditempuh
dengan waktu sekitar 2 jam dari Saumlaki. Tanggal 8 Juni 2016 kabarnya pulau
ini akan dideklarasikan sebagai objek wisata, terutama rest area untuk
perjalanan Saumlaki - Lakar. Lautan cantik, langit biru, pohon kelapa yang
mendayu-dayu menghiasi keindahan pantai ini. Masyarakat setempat juga
menyediakan tempat duduk seperti gazebo yang terbuat dari batang pohon kelapa
dan diatapi oleh dedaunan kelapa. Unik sekali. Bahkan dalam pembuatannya, aku
melihat cara mereka untuk mendapatkan ukuran yang sama adalah dengan
mengukurnya menggunakan panjang bambu, mungkin karena tidak ada meteran kali
yaa
Bagaimana kami bisa ke desa ini?
Lumasebu merupakan salah satu desa tempat
tinggal PM X MTB, Kak Ika. Di sini kami disambut hangat keluarga &
masyarakat setempat, merasakan sendiri keramahan masyarakat asli, asrinya
daerah pantai, dan kentalnya budaya gotong royong. Keberhasilan kami menapakkan
kaki di desa ini tidak terlepas dari bantuan teman-teman relawan yang
mengakomodir transportasi kami. Salut sekali aku dengan teman-teman ini,
kepedulian mereka terhadap sesama sangat tinggi.
Apa yang kami lakukan di pantai Bumbul?
"Bersenang-senang", aku rasa
cukup satu kata ulang itu mewakili seluruh aktivitas kami. Di pantai kami
mencicipi rujak yang dijual di tepi pantai, rasa rujaknya agak masam, dengan
kacang yang ditumbuk tidak halus, dan gula yang tidak terlalu kental. Selain
itu, kami juga dihadiahi udang. Udang yang bagi kami sudah cukup besar itu
berasal dari sungai. Tanpa bumbu apapun, hanya dibakar, tapi rasanya luar biasa
lezat. Tuhan, andaikan orang rumah bisa menikmati juga ciptaanmu yang satu ini.
Sebagai hidangan penutup, kami meracik kelapa
muda, yang dipadu dengan es, sirup marjan, dan roti marie. Kelapa muda segar
yang baru saja dipetik dari pohon sangat memanjakan lidah kami. Minuman yang
sangat recommended untuk berbuka puasa.
Bersenang-senang di awal tugas, aku harap
menjadi pembuka kesenangan lain bagi kami. Tetap ceria dan bersyukur atas
segala kondisi adalah kuncinya.
Komentar