Langsung ke konten utama

Postingan Terbaru

Berkunjung ke Desa Adat Baduy Dalam

Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku

LAPORAN OKULASI KARET




OKULASI KARET

Kelompok 6

Edy Wahyu Himawan
Eka Rentina Simarmata
Fransiskus Ellyando Sinaga
Habiba Nurul Istiqomah
Hafiz Luthfi
Noval Ardiansyah 













I.     PENDAHULUUAN


1.1 Latar Belakang

Karet merupakan tanaman perkebunan tahunan berupa pohon yang memunyai batang lurus. Pohon karet pertama kali hanya tumbuh di Brasil, Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara dan sekarang ini karet banyak dikembangkan sehingga sampai sekarang Asia merupakan sumber karet alami. Di Indonesia, Malaysia dan Singapura tanaman karet mulai dicoba dibudidayakan pada tahun 1876. Tanaman karet pertama di Indonesia ditanam di Kebun Raya Bogor. Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia, namun saat ini posisi Indonesia didesak oleh dua negara tetangga Malaysia dan Thailand. Lebih dari setengah karet yang digunakan sekarang ini adalah sintetik, tetapi beberapa juta ton karet alami masih diproduksi setiap tahun, dan masih merupakan bahan penting bagi beberapa industri termasuk otomotif dan militer. 

Tanaman karet merupakan tanaman perkebunan yang tumbuh di berbagai wilayah di Indonesia. Karet merupakan produk dari proses penggumpalan getah tanaman karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari penggumpalan lateks selanjutnya diolah untuk menghasilkan lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, SIR) dan produk turunannya seperti ban, komponen, dan sebagainya (Balai Penelitian Karet Sembawa, 2005).

Hasil karet biasa dimanfaatkan atau diolah menjadi beberapa produk antara lain adalah : RSS I, RSS II, RSS III, crumb rubber, lump, dan lateks. Hasil utama dari pohon karet adalah lateks yang dapat dijual atau diperdagangkan di masyarakat berupa lateks segar, slab/koagulasi, ataupun sit asap/sit angin. Selanjutnya produk-produk tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik crumb rubber/karet remah, yang menghasilkan berbagai bahan baku untuk berbagai industri hilir seperti ban, bola, sepatu, karet, sarung tangan, baju renang, karet gelang, mainan dari karet, dan berbagai produk hilir lainnya (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2005).

Perbanyakan tanaman karet (Hevea brasiliensis) dapat dilakukan secara generatif melalui benih dan secara vegetatif melalui teknik okulasi. Perbanyakan dengan benih saat ini sudah jarang dilakukan kecuali oleh sebagian petani tradisional atau oleh kalangan peneliti guna perbaikan sifat genetif selanjutnya. Perbanyakan tanaman dengan cara okulasi paling banyak dilakukan dalam perkebunan terutama pada perkebunan karet dan kakao. Beberapa kelebihan dari perbanyakan tanaman dengan cara okulasi antara lain penggunaan okulasi dapat menghasilkan tanaman yang dengan produktifitas yang tinggi, pertumbuhan tanaman yang seragam, penyiapan benih relatif singkat, dan memudahkan pengendalian penyakit Oidium hevea. Sedangkan kelemahan dari perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan cara okulasi antara lain; tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2005).

Bibit okulasi terdiri dari batang atas dan batang bawah yang biasanya berasal dari dua klon yang berbeda sifatnya. Okulasi bertujuan untuk menghasilkan dua klon dalam satu individu sehingga diperoleh produksi tinggi dengan umur ekonomis panjang.oleh karena itu perlu diperhatikan sifat-sifat unggul dari calon batang atas dan batang bawah serta kompatibilitas kedua calon batang tersebut.

1.2    Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka praktikum ini bertujuan untuk:
1.    Menentukan kriteria entres dan batang bawah yang siap diokulasi
2.    Melaksanakan pekerjaan okulasi
3.    Menilai keberhasilan okulasi



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

II.      TINJAUAN PUSTAKA


Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu. Klonklon unggul baru generasi4 pada periode periode tahun 2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 104, dan IRR 118. Klonklon tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi karakter agronomi dan sifatsifat sekunder lainnya. Klonklon lama yang sudah dilepas yaitu GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, RRIC 100 masih memungkinkan untuk dikembangkan, tetapi harus dilakukan secara hatihati baik dalam penempatan lokasi maupun sistem pengelolaannya. Klon GT 1 dan RRIM 600 di berbagai lokasi dilaporkan mengalami gangguan penyakit daun Colletotrichum dan Corynespora. Sedangkan klon BPM 1, PR 255, PR 261 memiliki masalah dengan mutu lateks sehingga pemanfaatan lateksnya terbatas hanya cocok untuk jenis produk karet tertentu. Klon PB 260 sangat peka terhadap kekeringan alur sadap dan gangguan angin dan kemarau panjang, karena itu pengelolaanya harus dilakukan secara tepat (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2003).
Pada tanaman karet, persiapan bahan tanam dilakukan jauh hari sebelum penanaman. Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam. Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Klon-klon yang dianjurkan sebagai batang bawah adalah klon GT 1, LCB 1320 dan AVROS 2037. Tanaman untuk batang bawah ditanam 1 – 1.5 tahun sebelum okulasi. Untuk okulasi garis tengah tanaman batang bawah sudah mencapai 2.5 cm.
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa entres cabang dari kebun produksi atau entres dari kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni, karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan okulasinya rendah (Karyudi, 2001).
Setelah persiapan bahan tanam, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Firdaus, 2008)
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa pelaksanaan okulasi benih karet sering terjadi kegagalan. Salah satu faktor penyebabnya adalah sifat khusus dari klon karet yang digunakan, seperti ketebalan kulit batang dan posisi mata tunas terhadap tangkai daun. Masalah yang dihadapi perkebunan karet rakyat saat ini adalah produktivitas yang rendah karena petani belum sepenuhnya menerapkan teknologi. Secara nasional, produktivitas kebun karet rakyat saat ini baru sekitar 892 kg/ha/tahun, sedangkan untuk perkebunan besar negara dan swasta masing-masing 1.299 kg dan 1.542 kg/ha/tahun (Mahfudin, 2000).
Kunci keberhasilan dalam upaya meningkatkan produksi dan mutu benih adalah sebagai berikut.
1.    Biji tidak pernah kering di pohon
2.    Biji tidak tahan kekeringan dan tidak mempunyai masa dormansi, dan biji akan mati bila kadar air  sampai di bawah nilai titik kritis yaitu 12%
3.    Biji tidak dapat dikeringkan karena akan mengalami kerusakan
4.    Viabilitas atau daya tumbuh biji cepat menurun walaupun dipertahankan dalam kondisi lembap, dan daya simpannya umumnya singkat
5.    Dalam proses konservasi, biji dipertahankan dalam keadaan lembap (kadar air 32-35%)
6.    Biji dengan kadar air 32-35%, jika disimpan pada suhu di bawah 0oc akan mengalami pembekuan sel
7.    Kisaran suhu penyimpanan biji karet yang baik adalah 7-10oc, karena pada kondisi ini belum mengalami pembekuan sel.

 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


III.   METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah  pisau tajam, tali rapia, dan plastik. Sedangkan bahan yang digunakan adalah tanaman karet yang ingin diokulasi dan entres tanaman karet.


3.2    Cara Kerja
Langkah kerja yang dilakukan dalam praktiuk ini adalah sebagai berikut.
1.        Batang bawah dilihat tingkat kesiapannya. Batang bawah yang siap diokulasi, yaitu tanaman yang memiliki tunas ujung dalam keadaan tidur atau daun telah tua dan diameter batang kira-kira berukuran 6-13 mm.
2.        Jendela okulasi dibuat pada batang yang telah dipilih. Batang bawah dibersihan dengan cara dikerok dari kotoran kulit atau tanah dengan mengunakan pungung pisau.
3.        Batang bawah yang sudah bersih diiris vertikal sepanjang 5 cm dan dibuat potongan melintang di atas irisan vertikal tersebut sepanjang 2 cm, sambil menunggu getah kering dibuat jendela sekaligus beberapa buah. Terdapat dua jenis bukaan jendela, yaitu bukaan jendela okulasi dari bawah, dan bukaan jendela okulasi dari atas, namun dalam praktikum yang digunakan adalah teknik bukaan jendela okulasi dari atas.
4.        Perisai okulasi dibuat. Mata yang digunakan adalah mata tunas prima (okulasi hijau).
5.        Pada waktu pengambilan entres, sebagian kayu harus ikut disayat dengan pisau okulasi yang tajam.
6.        Setelah getah pada irisan jendela okulasi berhenti menetes maka jendela boleh dibuka secara perlahan.


7.        Perisai mata okulasi ditempel pada batang bawah.
8.        Mata entres yang dimasukkan ke dalam jendela, segera ditutup, kemudian diikat dengan tali rafia yang dilebarkan dengan menggunakan simpul kuat.
 
Gambar 1. Langkah-langkah okulasi

 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan terhadap tingkat keberhasilan okulasi diperoleh data sebagai berikut.

Tabel 1. Presentase keberhasilan okulasi

Okulasi
Jumlah (batang)
Batang bawah
6
Okulasi hidup
3
Presentase hidup


4.2    Pembahasan 

Okulasi adalah salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung( kompatibel) yang bertujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh perumbuhan dan produksi yang baik. Prinsip okulasi sama yaitu penggabungan batang bawah dengan batang atas, yang berbeda adalah umur batang bawah dan batang atas yang digunakan sehingga perlu teknik tersendiri untuk mencapai keberhasilan okulasi. Kebaikan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksi latex yang baik. Bila bibit yang di okulasi ini di tumbuhkan dilapangan dikatakan tanaman okulasi sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010).
Kegiatan okulasi bertujuan untuk perbanyakan tanaman karet secara vegetatif. Jika dibandingkan dengan biji, bibit yang dihasilkan dari okulasi mempunyai beberapa keuntungan yaitu pertumbuhannya seragam, variasi antar individu sangat kecil, produktivitas tinggi, perbanyakannya mudah dan bibitnya bagus karena berasal dari hasil seleksi.
Berdasarkan data yang tertera pada hasil pengamatan, diketahui bahwa pada praktikum ini tingkat keberhasilan okulasinya rendah. Menurut Simanjuntak (2010), terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi yaitu:
1.        Keterampilan, kebersihan dan kecepatan mengokulasi
2.        Pemilihan entres atau kayu okulasi dengan mata tunas yang masih dorman
3.        Keadaan iklim saat okulasi
Tanaman hasil okulasi terkadang kurang normal terjadi karena tidak adanya keserasian antara batang bawah dengan batang atas (entres), memerlukan menggunakan tenaga ahli untuk pengokulasian ini, dan jika salah satu syarat dalam kegiatan pengokulasian tidak terpenuhi kemungkinan gagal atau mata entres tidak tumbuh sangat besar.
Keterampilan, keberhasilan, dan kecepatan mengokulasi berkaitan dengan faktor manusia pengokulasi. Dalam okulasi ini dibutuhkan kesabaran dan ketelitian tinggi. Keterampilan dalam melakukan okulasi akan didapat sering dengan meningkatnya intensitas seseorang melakukan okulasi. Selain itu, perlu diperhatikan pula kebersihan dalam okulasi. Kebersihan ini penting dijaga untuk menghindari serangan patogen pada batang yang diokulasi. Okulasi termasuk salah satu kegiatan melukai tanaman. Patogen mudah sekali masuk ke jaringan tanaman yang luka. Oleh karena itu, pisau untuk okulasi harus benar-benar bersih dan tajam. Ketajaman ini berguna agar pelukaan tidak terjadi berulang kali, cukup hanya dengan satu pelukaan, kulit batang dan mata tunas sudah dapat terambil dengan sempurna (tetap dalam kondisi baik). Sedangkan kecepatan mengokulasi berdampak pada kesegaran mata tunas. Jika okulasi dilakukan terlalu lama, maka mata tunas untuk okulasi ke tanaman berikutnya akan kering (tidak segar). Bahan tanam yang tidak segar akan meningkatkan kegagalan okulasi.
Dalam kegiatan okulasi yang menggabungkan sifat unggul dari kedua klon dalam satu individu, maka diperlukan kompatibilitas dari kedua batang tanaman karet. Kompatibilitas batang atas dan batang bawah adalah kecocokan antara kedua batang yang akan dilakukan okulasi agar dapat dihasilkan individu yang harmonis sehingga diperoleh produksi dan umur ekonomis yang tinggi. Jika tidak kompatibel dikhawatirkan tanaman karet tersebut tidak akan pernah tumbuh dan tidak memiliki umur ekonomi yang tinggi. Batang bawah yang siap diokulasi harus memiliki daya gabung yang baik dan tahan terhadap hama penyakit batang. Bibit semaian batang bawah telah berumur 3-5 bulan. Lazimnya berumur 5 bulan yang untuk mempermudah namun dapat juga digunakan batang yang kurang dari umur tersebut, asal pertumbuhan dan batangnya sudah cukup besar. Selain itu, pemilihan batang bawah harus dilihat dari ada tidaknya daun muda yang tumbuh, dalam hal ini perlu dipilih pohon yang tidak ada daun mudanya karena dikhawatirkan hasil okulasi tidak akan tumbuh.
Pemilihan entres yang baik merupakan hal mutlak penentu keberhasilan okulasi. Entres yang baik diambil dari kebun entres yang diketahui secara pasti jenis klonnya. Pemilihan entres pada dasarnya dilakukan berdasarkan mata tunas pada entres tersebut. Ada 3 jenis mata atau kuncup tidur (dorman) yang dikenal pada tanaman karet dan satu mata bunga, yaitu:
§  Mata ketiak (mata prima) yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berda pada ketiak daun. Sebelum digunakan, terlebih dahulu dipangkas daunnya kira-kira 10 hari sebelum dipotong barulah dapat digunakan sebagai mata untuk okulasi coklat.
§  Mata burung, ditandai adanya tangkai daun rudimenter. Mata tunas ini digunakan untuk okulasi hijau.
§  Mata sisik, yaitu mata tunas yang terdapat di bawah kuncup daun-daun ( flush) atau pada ujung payung daun. Mata tunas ini digunakan untuk okulasi mini.
§  Mata bunga, terdapat pada tanaman yang sudah masuk umur berbunga sehingga tidak dapt digunakan untuk okulasi.
Batang atas dipilih klon yang sesuai dengan lingkungan ekologi yang bersangkutan dari klon-klon yang dianjurkan terutama klon-klon yang dianjurkan dalam skala besar. Mata entres diperlukan karena dapat berfungsi untuk kegiatan produksi karet. Mata prima yang ditandai adanya bekas tangkai daun atau berada pada ketiak daun merupakan mata terbaik untuk okulasi untuk okulasi pada praktikum ini karena praktikum ini menggunakan okulasi hijau. Letak mata entres ada di bagian tengah internodia.  Penempelan batang atas pada batang bawah karet diawali dengan pembuatan jendela atau disebut forket. Pembuatan forket ini akan lebih baik diawali dengan menyayat sisi sebelah kiri, karena melalui sisi tersebut dapat dilihat batasan keluarnya getah dari batang karet. Sehingga dapat menyamakan dengan sisi yang sebelah kanan. Forket ini tidak boleh dibuka terlebih dahulu sebelum mata entres siap karena akan menyebabkan kambium menjadi kering.
Penentu keberhasilan okulasi lain yang tak kalah penting yaitu waktu pelaksanaan okulasi. Menurut, Tim Penulis PS (2008), okulasi sebaiknya dilakukan pada pagi hari pukul 07.00-10.30. Okulasi yang baik adalah pada awal dan akhir musim penghujan. Tepat pada musim hujan, air hujan terlalu banyak yang turun. Air hujan dapat meresap pada luka okulasi yang dapat mengakibatkan busuk. Hal ini akan memacu meningkatnya kelembaban di sekitar daerah okulasi. Kelembaban tinggi baik untuk perkembangan jasad renik pada sisa-sisa latex dari luka okulasi, ini dapat dapat menyebabkan kegagalan pengokulasian. Pada musim kemarau tanaman karet mengalami gugur daun, kurang baik untuk pengokulasian karena adanya gangguan fisiologis (Simanjuntak, 2010). Pada kondisi seperti itu, mata tunas hasil okulasi akan mati, busuk, dan berwarna coklat. Sedangkan okulasi dinyatakan berhasil apabila mata tunas masih berwarna hijau.
 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


V.      KESIMPULAN


Berdasarkan uraian pada bagian pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut.
1.        Entres yang baik adalah yang memiliki mata tunas prima dan batang bawah yang baik adalah yang tidak terlalu tua ataupun terlalu muda.
2.        Keterampilan melakukan okulasi akan meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas melakukan okulasi.
3.        Hasil okulasi yang berhasil dicirikan dengan berwarna hijau pada bagian mata tunasnya dan okulasi dinyatakan gagal apabila mata tunas yang ditempel berwarna coklat dan busuk.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


DAFTAR PUSTAKA



Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Karet. Departemen Pertanian, Jakarta. hlm. 26.
Balai Penelitian Karet Sembawa. 2005. Pengelolaan Bahan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet, Medan. hlm. 75.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2003. Laporan Tahunan Tahun 2002. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Jambi. hlm. 92.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2005. Road Map. Komoditas Karet. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta. hlm. 14.
Firdaus. 2008. Upaya peningkatan produktivitas karet melalui teknologi budi daya. hlm. 376. Prosiding Lokakarya Nasional Percepatan Penerapan Iptek dan Inovasi Teknologi Mendukung Katahanan Pangan dan Revitalisasi Pembangunan Pertanian.
Karyudi, R. Azwar, Sumannadji, Istianto, I. Suhendry, M. Supriadi, C. Nancy, Sugiharto, Sudiharto, dan U. Junaidi. 2001. Analisis biaya produksi dan strategi peningkatan daya saing perkebunan karet nasional. Warta Pusat Penelitian Karet 20(1): 1-24.
Mahfudin. 2000. Pengaruh Lama Penyimpanan Entres terhadap Pertumbuhan Benih Hasil Okulasi. Fakultas Pertanian Universitas Juanda, Bogor. hlm. 21.
Simanjuntak, F. 2010. Teknik Okulasi Karet. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan.
Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya, Jakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS VEGETASI

ANALISIS VEGETASI (Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma) Oleh Kelompok 7 Desna Herawati Diki Apriadi Dwi Safitri Habiba Nurul Istiqomah Heru Dwi Purnomo JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

Laporan Kemiringan Lereng

I.                    PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi dari permukaan laut.   Permukaan tanah dengan beda tinggi dan kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan berombak.   Ilmu yang membahas tentang topgrafi ini disebut geomorfologi.   Dua unsur topografi yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng ( length ,) dan kemiringan lereng ( slope ). Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.   Sedangkan, kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen.   Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi. Kemiringan lereng terjadi akibat

Perombakan Bahan Organik dan Siklus Nitrogen

A.     PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK 1.         Sumber Bahan Organik Bahan organik berasal dari sisa-sisa hewan, serasah tumbuhan, dan limbah pertanian. Semua sumber bahan organik mengandung air, bahan mineral (abu), dan senyawa organik. Kandungan air adalah 20%-90% dari berat basah tanaman. Kandungan ini dipengaruhi oleh organ tanaman yang diambil dan umur tanaman tersebut. Kandungan air pada daun akan jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan air pada akar tanaman. Bahan mineral (abu) meliputi K, Ca, Mg, Na, P, S serta unsur mikro kurang lebih 1%-10% berat kering. Senyawa organik menyusun <50% berat segar tanaman. Kandungan senyawa organik ini sangat dipengaruhi oleh kandungan air dan debu (Sutanto, 2005). Sutanto (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa senyawa organik dibedakan atas: §      Karbohidrat, yaitu gula dan pati (mengandung sel), pektin, hemiselulosa, selulosa (dinding sel). Karbohidrat merupakan penyusun senyawa organik terbesar penyusun bahan organik (>