Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
PENGENALAN PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT DAN KARET
(Laporan
Praktikum Penyakit Penting Tanaman)
Oleh
Habiba Nurul
Istiqomah
1114121095
Kelompok
1
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelapa
sawit dan karet termasuk tanaman perkebunan yang terkenal di Indonesia. Luas areal kelapa sawit di Indonesia cenderung
meningkat selama tahun 2000-2011. Perkebunan
Besar Swasta (PBS) mendominasi luas areal kelapa sawit, diikuti oleh Perkebunan
Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar Negara (PBN). Tahun 2011 luas areal kelapa
sawit Indonesia mencapai 8,91 juta ha, dengan rincian luas areal PBS sebesar
4,65 juta ha (52,22%), luas areal PR sebesar 3,62 juta ha (40,64%), dan luas areal
PBN sebesar 0,64 juta ha (7,15%) (Billah, dkk., 2013). Luas areal pertanaman karet Indonesia adalah 3.445.317
hektar, dengan produksi total sebesar 2.770.308 ton (Damanik, 2012).
Indonesia
terus dituntut untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas produksi kelapa
sawit dan karet. Salah satu kendala
dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produksi kelapa sawit dan karet adalah
adanya serangan patogen. Penyakit yang
hingga kini masih menjadi momok di perkebunan kelapa sawit adalah penyakit
busuk pangkal batang. Dalam
pernyataannya untuk Bakrie Global Ventura (2014), Menteri Pertanian (Mentan)
Suswono mengatakan bahwa kerugian akibat penyakit busuk pangkal batang pada
kelapa sawit mencapai lebih dari Rp 2 triliun per tahun dengan luas perkebunan sawit
83 juta hektare (ha), dan tingkat serangan sebesar 1%.
Sedangkan
untuk penyakit pada karet, penyakit jamur akar putih dapat menyebabkan kerugian
finansil akibat kematian tanaman sekitar Rp 3,3 trilliun per tahun dengan
rincian Rp 0,5 trilliun di perkebunan besar (negara swasta) dengan keparahan
penyakit sebesar lebih dari 3 % dan Rp 2,8 trilliun di perkebunan rakyat dengan
keparahan penyakit sebesar lebih dari 5 % (Susanto, 2011). Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa
pertanian untuk mengetahui patogen dan pengendalian penyakit pada tanaman
kelapa sawit dan karet.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
patogen busuk pangkal batang kelapa sawit dan jamur akar putih pada tanaman karet.
2. Mengetahui
gejala yang ditimbulkan akibat patogen busuk pangkal batang kelapa sawit dan
jamur akar putih pada tanaman karet.
3. Mengetahui
pengendalian pada penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit dan jamur akar
putih pada tanaman karet.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
II. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1
Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis dan kamera.
Sedangkan
bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah spesimen jamur penyebab busuk
pangkal batang kelapa sawit dan spesimen jamur akar putih pada karet.
2.2
Prosedur
Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Spesimen
jamur penyebab busuk pangkal batang kelapa sawit dan spesimen jamur akar putih
pada karet diamati bentuk badan buah jamur.
2. Seluruh
gejala penyakit yang dijelaskan dicatat dalam kertas acc.
3. Seluruh
jamur difoto sebagai dokumentasi.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Pengamatan
Berdasarkan pengamatan
yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
No
|
Nama
Penyakit/ Patogen/Foto
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
Busuk pangkal batang kelapa sawit (Ganoderma boninense)
|
§ Warna
badan buah lebih gelap (coklat kehitaman)
§ Tekstur
badan buah keras seperti kayu
§ Terdapat
spora di badan buah
|
|
2
|
Jamur akar putih (Rigidoporus lignosus)
|
§ Warna
badan buah lebih putih
§ Tekstur
badan buah lunak
§ Tidak
terdapat spora di badan buah (spora ada saat penyerangan awal di akar
tanaman)
|
3.2 Pembahasan
3.2.1
Penyakit
Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit
Penyakit busuk pangkal batang kelapa
sawit disebabkan oleh Ganoderma boninense
Pat.. Berikut ini merupakan klasifikasi Ganoderma
boninense Pat..
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Agarimycetes
Ordo : Polyporales
Famili : Ganodermataceae
Genus : Ganoderma
Spesies : Ganoderma boninense Pat.
Pada
pembentukan tubuh buah, Ganoderma boninense Pat.
berwarna ungu tua lalu lama kelamaan berubah menjadi hitam. Ganoderma boninense Pat. memiliki batang dengan panjang sekitar 8
inchi, berbentuk seperti bentuk piring, permukaannya berwarna putih, dan
menjadi coklat bila tua (Nasution, 2011).
Ganoderma boninense Pat. dapat menyerang tanaman kelapa sawit berbagai umur, baik
tanaman belum menghasilkan maupun tanaman menghasilkan. Secara umum, gejala penyakit ini dapat
diketahui dari pohon mahkota. Tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit ini memiliki
janur yang banyak (Nasution, 2011). Pada tanaman belum menghasilkan, daun kelapa
sawit menjadi kuning kemudian mengering dan nekrosis dari pelepah bawah ke
pelepah atas. Pada serangan parah, tanaman akan menjadi kering dan mati. Namun tubuh buah jarang ditemukan pada
pangkal batang, hanya saja terlihat adanya pembusukan.
Pada
tanaman menghasilkan, gejala yang ditemukan yaitu daun menguning pucat diikuti
dengan akumulasi daun tombak. Pada tanaman kelapa sawit yang terserang berat,
gejala ditandai dengan patahnya pelepah bagian bawah dan menggantung. Pangkal
batang ditemukan membusuk dan terdapat badan Ganoderma boninense Pat.. Ada beberapa tanaman kelapa sawit yang langsung mengalami
busuk pangkal batang tanpa ditemukan adanya badan buah Ganoderma boninense Pat.. Tanaman
kelapa sawit yang seperti itu ditemukan langsung tumbang.
Pada bagian pangkal batang yang busuk, jaringan tampak berwarna
coklat muda disertai adanya daerah berwarna gelap berbentuk pita tidak
beraturan. Pita ini dikenal sebagai zona reaksi yang mengandung getah. Selain
itu, jaringan korteks akar yang sakit berubah warna dari putih menjadi coklat.
Serangan lebih lanjut akan menyebabkan jaringan korteks rapuh dan mudah hancur
(Pusat Penelitian Kelapa Sawit, 2010).
Menurut
Susanto (2011), pengendalian penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit dapat
dibagi dalam 3 tahapan, yaitu:
1. Pengendalian
pada fase pembibitan, yaitu dengan
menggunakan tanah bebas Ganoderma boninense Pat..
Tanah ini diperoleh dengan mengayak tanah sebagai media tanam atau tandan
kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per tahun dan aplikasi agensia
hayati seperti Trichoderma sp. sebanyak
400 gram per lubang.
2.
Pengendalian pada fase TBM (Tanaman
Belum Menghasilkan), pengendalian dilakukan dengan sanitasi dan penyisipan
tanaman muda. Sanitasi dilakukan dengan eradikasi tanaman terinfeksi (membuang,
mencacah, dan membakar bole, akar, dan bagian atas tanaman terinfeksi).
Sedangkan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah
dieradikasi tadi. Caranya, lubang tanam baru dibuat dengan ukuran besar
(panjang 3 m, lebar 3m, dan kedalaman 0,8 m). Pada lubang tanam diaplikasi
bahan organik atau tandan kosong kelapa sawit sebanyak 400 kg per lubang per
tahun dan aplikasi agensia hayati seperti Trichoderma
sp. sebanyak 400 gram per lubang.
3.
Pengendalian pada fase TM (Tanaman
Menghasilkan), dilakukan dengan cara sebagai berikut.
·
Sanitasi tanaman terinfeksi dengan cara membuang
bole dan akar mencacah
dan membakar beserta bagian atas tanaman.
Membuat lubang sanitasi yang
mengeluarkan bole dan akar terinfeksi dengan
ukuran 2 x 2 meter.
·
Apabila kejadian penyakit masih di bawah
5% dan untuk gejala penyakit dengan infeksi masih pada stadium awal dilakukan
pembedahan dan pembumbunan. Pembedahan dilakukan sampai bebas dari jaringan
terinfeksi yang diikuti aplikasi fungisida serta agen antagonis Trichoderma sp. sebanyak 1 kg per pohon. Pembumbunan dilakukan
dengan ukuran diameter atas 1,4 meter dan bawah 2 meter dengan ketinggian 0,7 meter.
·
Membuat parit isolasi secara individual atau
kelompok. Parit isolasi individual
dibuat dengan ukuran 4 x 4 meter dengan
kedalaman 0,8 meter. Ukuran parit kelompok disesuaikan dengan penyebaran
penyakit.
·
Apabila kejadian penyakit sudah melebihi
30% perlu dilakukan replanting. Tanam ulang dilakukan dengan menggunakan sistem
lubang tanam besar seperti pada point TBM.
·
Penggunaan tanaman moderat tahan atau
toleran pada setiap kegiatan penanaman tanaman baru.
3.2.2
Penyakit
Jamur Akar Putih
Penyakit
jamur akar putih pada tanaman karet disebabkan oleh jamur Rigidoporus lignosus. Berikut ini merupakan klasifikasi jamur Rigidoporus lignosus.
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Kelas : Basidiomycetes
Ordo : Aphylloporales
Famili : Polyporacceae
Genus : Rigidoporus
Spesies :
Rigidoporus lignosus
Menurut
Tim Penulis PS (1999) yang dirujuk oleh Pulungan (2013) disebutkan bahwa jamur Rigidoporus lignosus membentuk badan
buah mirip topi pada akar, pangkal batang, atau tunggul-tunggul tanaman. Badan
buah ini berwarna jingga kekuning-kuningan. Permukaan bawah badan buah terdapat
lubang-lubang kecil tempat spora. Badan buah yang tua akan mengering dan
berwarna coklat. Jamur akar putih memiliki tubuh buah berbentuk kipas tebal,
agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat
yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Umur jamur dan kandungan air dalam
jamur menentukan warna permukaan tubuh
buah jamur.
Menurut
Semangun (2000), pada permukaan tubuh buah terdapat benang-benang jamur
berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum)
yang tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan
dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepihnya
berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering
tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat dan permukaan
bawahnya cokelat kemerahan.
Rigidoporus lignosus
bersifat parasit fakultatif, artinya jamur
ini dapat hidup sebagai saprofit yang kemudian menjadi parasit. Jamur ini tidak
dapat bertahan hidup apabila tidak ada sumber makanan. Bila belum ada inang
jamur ini bertahan di sisa-sisa tunggul.
Menurut
Yulfahri, dkk (2012), penyakit jamur akar putih dapat menyerang akar tunggang
maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas
yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Jamur
ini dapat menyerang di semua fase tanaman karet, mulai dari pembibitan, tanaman
belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar
terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih
menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga
sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna
coklat. Gejala ini terlihat apabila akar tanaman karet dibongkar.
Berdasarkan
penampakan fisik tanaman karet, tanaman yang terserang daun-daunnya akan berwarna
hijau kusam, layu dan gugur. Kemudian pada kejadian penyakit parah, gejala akan
diikuti dengan kematian tanaman (Yulfahri, dkk., 2012).
Pulungan (2013)
dalam tulisannya menyebutkan bahwa secara umum daun tanaman karet yang
terserang penyakit jamur akar putih akan berwarna hijau kusam, permukaan daun
menjadi lebih tebal, daun mengering, lalu rontok. Apabila jamur ini menyerang
tanaman karet dewasa, daun tanaman akan gugur dan ranting tanaman akan mati. Kematian
ranting tanaman berakibat pada penurunan jumlah mahkota. Beberapa tanaman karet
yang terserang penyakit ini dapat membentuk bunga dan buah lebih awal. Pada
tanaman muda, daun tanaman karet akan berwarna hijau kusam, permukaan daun
menjadi lebih tebal lalu mengering.
Pohon kemudian tumbang dengan daun yang masih menggantung. Apabila leher akar tanaman yang terserang dibuka, akan
tampak rizomorf jamur berwarna putih, baik di akar tunggang ataupun di akar
lateral. Akar- akar tersebut akan busuk dan tanaman akan mati.
Pada
permukaan tanah di sekitar tanaman yang sakit akan ditemukan benang-benang
miselium berwarna putih. Miselium ini menjalar di sepanjang akar. Benang-benang
miselium akan meluas dan bercabang seperti jala. Pada ujungnya benang meluas
seperti bulu, benang-benang melekat erat pada permukaan akar. Kadang-kadang
berwarna kekuningan, dalam tanah merah tanahnya dapat kemerahan atau
kecokelatan, kulit yang sakit akan busuk dan warnanya cokelat. Kayu dari akar
yang baru saja mati tetap keras, berwarna cokelat, kadang-kadang agak
kekelabuan. Pada pembusukan yang lebih jauh, kayu berwarna putih atau krem,
tetapi padat dan kering. Meskipun di tanah basah kayu yang terserang dapat
busuk dan hancur. Pada serangan lebih lanjut, jamur ini akan membentuk badan
buah berbentuk setengah lingkaran yang tumbuh pada pangkal batang. Badan buah
berwarna merah muda dengan tepi kuning muda atau keputihan. Badan buah berisi
spora-spora jamur yang akan berkembang dan keluar dari tubuh buah. Spora tersebut
akan berpencar dan menyerang tanaman karet yang masih sehat.
Dalam
tulisannya, Pulungan (2013) menyebutkan bahwa pengendalian penyakit jamur akar
putih ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
1. Membersihkan sumber infeksi.
2. Membuat parit isolasi di sekitar tanaman yang terserang. Parit
isolasi ini dapat dibuat dengan dalam 60-90 cm dan lebar 30 cm.
3. Pembukaan leher akar. Hal ini bertujuan agar pangkal akar dari
akar tunggang dan akar lateral tidak tertutup tanah. Jamur akar putih tidak
dapat berkembang pada akar-akar yang berada di luar tanah.
4. Aplikasi agensia hayati seperti Trichoderma harzianum Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara
langsung, melalui perlakuan benih maupun melalui kompos.
5. Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari
penanaman karet. Tanaman yang dianjurkan adalah tanaman jenis legume seperti Calopogonium muconoides atau C.caeruleum, Centrosema pubescens, Pueraria
javanica.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa:
1. Penyakit
busuk pangkal batang kelapa sawit disebabkan oleh boninense sedangkan penyakit jamur akar putih pada karet disebabkan
oleh Rigidoporus lignosus.
2.
Penyakit busuk pangkal batang kelapa
sawit ditunjukkan dengan gejala membusuknya pangkal batang kelapa sawit
kemudian tanaman menjadi tumbang. Penyakit jamur akar putih ditunjukkan dengan
gejala adalanya miselium di perakaran karet dan lama-kelamaan akar menjadi
busuk.
3. Pengendalian
kedua penyakit ini dilakukan dengan pengendalian terpadu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Bakrie
Global Ventura. 2014. Serangan Ganoderma Rugikan Industri Sawit Rp 2 Trilliun. http://www.bakrieglobal.com/news/read/1301/Serangan-Ganoderma-Rugikan-Industri-Sawit-Rp2-Triliun.
Diakses pada 08 Juni 2014. Pukul 16.30 WIB.
Billah,
Tassim, dkk. 2013. Kelapa Sawit.
Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan. Pusat Data dan Sistem Informasi
Pertanian. Jakarta Selatan.
Damanik,
Sabarman. 2012. Pengembangan Karet
(Havea brasiliensis) Berkelanjutan di Indonesia. Perspektif Vol. 11 No. 1 /Juni 2012. Hlm 91 - 102 Pusat Penelitian dan Pengembangan
Perkebunan. Bogor.
Nasution,
N. 2011. Tinjauan Pustaka: Jamur (Fungi).
Universitas Sumatera Utara. Medan.
Pulungan,
M.H. 2013. Tinjauan Pustaka: Jamur Akar
Putih (Rigidoporus microporus (Swartz:fr.) van Ov). Universitas Sumatera
Utara. Medan.
Pusat
Penelitian Kelapa Sawit. 2010. Penyakit
Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit (Ganoderma boninense) dan Pengendaliannya.
Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Semangun, H. 2000. Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Susanto,
Agus. 2011. Penyakit Busuk Pangkal
Batang: Ganoderma boninense Pat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Yulfahri,
dkk. 2012. Pengendalian Jamur Akar Putih
pada Budidaya Karet. Balai Penelitian Tanaman Perkebunan. Riau.
Komentar