Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
Goa Gudawang Tuhan menciptakan manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Gunung hijau menjulang begitu indah dengan panorama awan-awan putih sebagai bumbunya, lautan biru yang membentang begitu syahdu dengan pasir putih cantik di pinggirannya, bunga-bunga warna warni dengan padu padan yang serasi begitu menyejukkan mata ketika dipandang, begitulah Tuhan melukis bumi dengan segala keagunganNya. Tapi pernahkah kalian berpikir tentang keindahan bumi di bawah tanah yang kita pijak ini? Coklat? Kotor? Penuh organisme menjijikan? Begitulah kira-kira sepintas pandangan tentang tanah. Tapi ternyata bawah tanah menyembunyikan keindahannya dengan begitu anggun. Itulah yang ingin kami telisik pada perjalanan kali ini, 9 Agustus 2014. “Goa Gudawang” kami pilih sebagai lokasi petualangan kami selanjutnya. Agak mengecewakan memang karena kali ini kami hanya pergi bertiga (aku, Annisa, dan Eka), karena hanya bertiga dan perempuan semua inilah kami agak ragu untuk melan