Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
POSTULAT KOCH
(Laporan Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan Umum)
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tanaman adalah kondisi dimana tanaman mengalami
satu atau lebih gangguan fungsi fisiologis secara terus menerus akibat
agen/penyebab penyakit primer dan menimbulkan gejala. Agen/penyebab penyakit
ini lebih familiar kita kenal dengan sebutan patogen. Penyebab penyakit dapat
digolongkan menjadi 2 agen, yaitu agen biotik (bakteri, mikoplasma, virus,
nematoda, jamur, dan mikroorganisme lain yang dapat mengganggu fungsi
fisiologis tanaman) dan agen abiotik (kondisi lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan tanaman).
Diagnosis
penyakit tumbuhan ada yang mudah, karena gejalanya khas, tetapi lebih banyak
yang sulit ditentukan penyebabnya karena gejalanya banyak yang mirip satu sama
lain. Apalagi penyebabnya kebanyakan adalah adanya organisme yang sukar dilihat
dengan mata telanjang.
Hampir
semua tanaman pertanian di Indonesia terkena penyakit yang disebabkan oleh
patogen, baik itu tanaman pangan seperti padi yang diserang oleh bakteri
Xanthomonas oryzae pv. oryzae. ataupun tanaman hortikultura seperti kacang
tanah yang diserang oleh cendawan Sclerotium rolfsii yang menyebabkan penyakit
busuk batang, kubis-kubisan oleh bakteri Erwinia carotovora, cabai oleh
cendawan Colletotrichum sp, dan lain-lain.
Kehilangan
hasil yang diakibatkan oleh patogen yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman
telah dirasakan oleh bangsa Indonesia, terlebih oleh para petani. Dapat
dibuktikan dari menurunnya produktivitas pangan dan tanaman hortikultura di
Indonesia. Hal ini tentu saja tidak dapat dibiarkan. Dibutuhkan suatu tindakan
pengendalian yang efektif yang dapat menjadi solusi bagi perbaikan dan
perkembangan pertanian Indonesia.
Untuk mengetahui penyebab penyakit suatu tanaman yang
disebabkan oleh agen biotik, dikenal sebuah cara yaitu Postulat Koch. Cara ini
dikemukakan oleh Robert Koch. Postulat Koch berkembang pada abad
ke-19 sebagai panduan umum untuk mengidentifikasi patogen yang dapat
diisolasikan dengan teknik tertentu. Walaupun dalam masa Koch, dikenal beberapa
penyebab infektif yang memang bertanggung jawab pada suatu penyakit dan tidak memenuhi
semua postulatnya. Usaha untuk menjalankan postulat Koch semakin kuat saat
mendiagnosis penyakit yang disebabkan virus pada akhir abad ke-19. Pada masa
itu virus belum dapat diisolasi dalam kultur. Hal ini merintangi perkembangan
awal dari virologi. Kini, beberapa penyebab infektif
diterima sebagai penyebab penyakit walaupun tidak memenuhi semua isi postulat.
Oleh karena itu, dalam penegakkan diagnosis mikrobiologis tidak diperlukan pemenuhan
keseluruhan postulat.
Koch
memberikan rumusan berupa sejumlah kondisi yang harus dipenuhi sebelum salah
satu faktor biotik (organisme) dianggap sebagai penyebab penyakit. Dalam
Postulat Koch disebutkan, untuk menetapkan suatu organisme sebagai penyebab
penyakit, maka organisme tersebut harus memenuhi sejumlah syarat. Pertama,
organisme selalu berasosiasi dengan inang dalam semua kejadian penyakit. Kedua,
organisme (patogen) dapat diisolasi dan dikulturkan menjadi biakan murni.
Ketiga, hasil isolasi saat diinokulasikan pada tanman sehat akan menghasilkan
gejala penyakit yang sama dengan tanaman yang telah terkena penyakit. Keempat,
dari tanaman yang telah diinokulasi didapatkan hasil isolasi yang sama dengan hasil isolasi yang
pertama.
Sebagai contoh
nyata dari keterangan di atas, bahwa bakteri Bassilus
antracis pasti selalu ditemukan pada penyakit antraks. Apabila
bakteri yang diambil dari limpa sapi yang terinfeksi antraks, kemudian bakteri
tersebut mampu hidup jika diisolasi dalam lingkungan yang sesuai. Untuk
mengetahui sifat Bassilus antracis hasil biakan tersebut, kemudian
bakteri tersebut dapat diinjeksikan pada tikus yang sehat. Setelah selang
beberapa waktu tikus tikus yang sehat tersebut mati. Hal ini menunjukan jika
sifat mikroorganisme tersebut mampu membuat infeksi asli. Apabila Bassilus
antracis dari tikus yang mati diambil lagi dan diisolasi lagi maka akan
tetap mempunyai sifat pathogen bagi DNA yang sesuai. Adanya kriteria tersebut menjadi jalan ditemukannya berbagai
bakteri penyebab berbagai penyakit dalam waktu yang cukup singkat (kurang dari
30 tahun).
Postulat Koch ini hanya
dapat digunakan dalam pembuktian jenis patogen yang bersifat tidak parasit
obligat. Parasit obligat adalah parasit yang tidak dapat hidup tanpa ada inangnya.
Oleh karena inilah, patogen parasit obligat tidak dapat dibiakan dalam
laboratorium. Salah satu contuh
parasit obligat adalah virus. Penemuan virus
dan bakteri yang dapat menimbulkan berbagai penyakit serta adanya penyakit
tertentu yang ditimbulkan oleh lebih dari 1 mikroorganisma memerlukan
modifikasi dari postulat Koch. Pada tahun 1892 Dimitri Ivanovski menunjukkan
bahwa agen yang menyebabkan penyakit mosaik pada tembakau dapat ditularkan
melalui ekstrak tanaman yang sakit. Ekstrak terebut disaring dengan filter yang
ditemukan oleh kawan-kawan Pasteur dimana filter tersebut diketahui dapat
menyaring bakteri. Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa agen tersebut
mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil dari bakteri. Yellow fever merupakan
penyakit pertama pada manusia yang diketahui disebabkan oleh virus.'
Praktikum ini menggunakan penyakit antraknosa pada cabai.
Cendawan yang sudah diisolasi dari cabai yang berpenyakit antraknosa (cabai I)
akan diinokulasikan pada cabai sehat (cabai II). Pendugaan penyebab penyakit
ini menggunakan model Postulat Koch. Dari hasilnya nanti akan terlihat samakah penyebab
penyakit yang ditunjukkan oleh cabai I dengan gejala penyakit yang ditunjukkan
oleh cabai II.
1.2 Tujuan
Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
- Mengetahui cara isolasi patogen dari tanaman sakit.
- Mengetahui cara kerja Postulat Koch.
- Mengetahui penyebab penyakit antraknosa pada cabai.
II. METODE PERCOBAAN
2.1
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikm ini adalah cabai yang
terserang penyakit antraknosa, media PDA, aquades, klorok, alkohol, dan cabai
sehat.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cawan
petri, silet, pinset, pisau, jarum, tissue, pipet, nampan, bunsen, jarum ose,
label, dan plastik.
2.2
Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan dalam Postulat Koch
ini adalah sebagai berikut.
1. Isolasi
Meja praktikum yang akan digunakan didisinfektan terlebih
dahulu. Pengambilan sampel untuk isolasi dilakukan denga pemotongan pada
perbatasan daerah yang sakit dan sehat pada permukaan bagian tanaman. Potongan
tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama 1 menit. Kemudian dimasukkan
ke dalam klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali dengan aquades selama
1 menit.
Setelah itu, potongan diletakan
di atas tissue lalu digoreskan pada media dengan jarum ose dalam kondisi steril
di Laminar Air Flow. Cawan petri yang
digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu ditutup dengan plastik.
Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat mulai tumbuh jamur, warna koloni,
gambar bentuk koloni, dan ada tidaknya kontaminan.
2.
Reisolasi
Setelah jamur tersebut diisolasi, jamur tersebut harus
dipindahkan ke media baru agar mendapat kultur murni. Pemindahan ini dilakukan
pada hari ke-5 dalam Laminar Air Flow. Jamur
dari media I diambil sedikit dengan jarum ose. Lalu diletakkan ke media baru
dalam kondisi steril. Cawan petri yang digunakan diberi label, diletakkan di
dalam nampan lalu ditutup dengan plastik. Pengamatan dilakukan setiap hari
dengan mencatat mulai tumbuh jamur, warna koloni, gambar bentuk koloni, dan ada
tidaknya kontaminan.
3. Inokulasi
Inokulasi merupakan penginfeksian jamur hasil kultur
murni ke dalam tubuh inang (dalam hal ini adalah cabai sehat). Air dimasukkan
ke dalam nampan. Lalu diberi tissue hingga seluruh bagian nampan tertutupi. Di
atas tissue yang basah tersebut diberi pipet sebagai tempat peletakan cabai. Terdapat
dua perlakuan cabai dalam praktikum ini, yaitu dilukai dan tidak dilukai. Cabai
sehat lalu diberi jamur hasil reisolasi di atasnya. Cabai yang telah kontak
dengan jamur ini kemudian diletakkan di atas pipet. Cabai tidak boleh terkena
air. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mengamati gejala dan tanda yang
timbul pada cabai.
4.
Isolasi/Identifikasi
Isolasi dilakukan dengan cara yang sama dengan isolasi di
awal. Meja praktikum yang akan digunakan didisinfektan terlebih dahulu.
Pengambilan sampel untuk isolasi dilakukan denga pemotongan pada perbatasan
daerah yang sakit dan sehat pada permukaan bagian tanaman. Potongan tersebut
dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama 1 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam
klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali dengan aquades selama 1
menit. Setelah itu, potongan diletakan
di atas tissue lalu digoreskan pada media dengan jarum ose dalam kondisi steril
di Laminar Air Flow. Cawan petri yang
digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu ditutup dengan plastik.
Setelah beberapa hari jamur akan tumbuh. Lalu diambil sampel dari jamur ini
untuk diamati di bawah mikroskop. Kemudian dilakukan identifikasi, sama atau
tidak jamur yang ada sekarang dengan jamur yang ada pada cabai I (sebelumnya
telah diketahui bentuk jamur pada cabai I).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil dari percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Isolasi
Hari ke-
|
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
Deskripsi
|
|||
1
|
|
|
Hifa-hifa berwarna putih mulai tumbuh
|
|||
2
|
|
|
Jumlah hifa mulai terlihat lebih banyak
|
|||
3
|
|
|
Hifa semakin banyak, namun muncul pula kontamian
berwarna kekuningan
|
|||
4
|
|
|
Pertumbuhan jamur hampir memenuhi seluruh isi cawan
petri
|
2. Reisolasi
Hari ke-
|
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
Deskripsi
|
1
|
|
|
Pertumbuhan jamur terlihat meski hanya sedikit
|
2
|
|
|
Pertumbuhan jamur mulai terlihat banyak
|
3
|
|
|
Jamur semakin banyak
|
4
|
|
|
Hifa jamur menyebar memenuhi ¾ cawan. Namun kontaminan
juga ikut tumbuh ditandai dengan warna hitam.
|
3. Inokulasi
Hari ke-
|
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
Deskripsi
|
1
|
|
|
Belum tampak adanya serangan jamur
|
2
|
|
|
Mulai muncul bintik yang menandakan adanya infeksi
jamur
|
3
|
|
|
Infeksi jamur mulai meluas
|
4
|
|
|
Infeksi jamur semakin meluas
|
4. Isolasi/Identifikasi
Hari ke-
|
Gambar Foto
|
Gambar Tangan
|
Deskripsi
|
|||
1
|
|
|
Jamur sudah mulai tumbuh meski hanya sedikit
|
|||
2
|
|
|
Jamur lebih banyak dari sebelumnya
|
|||
3
|
|
|
Jamur mulai menyebar walau belum banyak
|
|||
4
|
|
|
Jamur memenuhi seluruh cawan petri. Namun, terdapat
kontaminan
|
|||
5
|
|
Jamur Colletotrichum
gloeosporioides berbentuk bulat lonjong
|
2.1
Pembahasan
Postulat Koch merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui penyebab suatu penyakit yang disebabkan oleh agen biotik non
obligat. Terdapat empat kriteria Postulat Koch. Untuk menetapkan bahwa suatu
patogen spesifik merupakan penyebab suatu penyakit, para peneliti harus (1)
menemukan patogen yang sama pada setiap individu sakit yang diteliti. (2)
mengisolasi patogen dari seseorang yang menderita sakit yang sama dan
membiakkan mikroba itu dalam biakan murni, (3) menginduksi penyakit itu pada
hewan percobaan denga cara memindahkan patogen dari biakan. (4) mengisolasi
patogen yang sama dari hewan percobaan setelah penyakit itu berkembang
(Campbell dkk, 2003).
Suatu infeksi yang menyebabkan sakit biasanya tidak
dikatakan sebagai penyebab sampai ia memenuhi kriteria yang dikemukakan Koch.
Kriteria yang harus dipenuhi itu adalah
1. Organisme
harus cukup banyak ditemukan pada setiap kasus yang menerita sakit.
2. Organisme
yang berhubungan dengan penyakit, harus dapat ditumbuhakn pada media murni.
3. Organisme
yang ditumbuhkan tersebut kemudian mampu menyebabkan sakit pada kelompok lain
yang sama spesiesnya melalui inokulasi
4. Antibodi
terhadap organisme tersebut, timbul selama penyakit sedang berlangsung. (Underwood,
1996).
Secara sederhana langkah-langkah Postulat Koch terdiri
atas, pertama isolasi yaitu mengambil
bagian tertentu dari tubuh jamur untuk di tanam pada media PDA. Bagian yang diambil adalah spora jamur yang terletak di
bagian bilah (lamella). Isolasi pada
cabai terserang antraknosa ini dilakukan dengan pemotongan pada perbatasan
daerah yang sakit dan sehat pada permukaan bagian tanaman. Potongan tersebut
dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama 1 menit. Kemudian dimasukkan ke dalam
klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali dengan aquades selama 1 menit.
Hal ini lakukan untuk memastikan bahwa bagian cabai ini steril. Setelah itu,
potongan diletakan di atas tissue lalu digoreskan pada media dengan jarum ose
dalam kondisi steril di Laminar Air Flow.
Cawan petri yang digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu
ditutup dengan plastik.
Pengamatan isolasi ini dilakukan selama 4 hari, dengan
variable pengamatan, yaitu waktu mulai tumbuh jamur, warna koloni, gambar
bentuk koloni, dan ada tidaknya kontaminan. Pada hari ke-1, jamur mulai
terlihat tumbuh meski hanya sedikit. Hari ke-2, jamur mulai mengalami
pertumbuhan pesat. Hifa-hifa yang tumbuh mulai banyak. Pada hari ke-3, jamur
yang tumbuh semakin banyak namun mulai terlihat jelas adanya kontaminan. Lalu
di hari ke-4, hifa-hifa jamur semakin memenuhi cawan petri berdampingan dengan
adanya kontaminan.
Kedua, reisolasi adalah suatu cara untuk memisahkan atau
memindahkan mikroorganisme dari mikroorganisme lain yang ikut tumbuh selama
proses isolasi untuk mendapatkan kultur murni. Adapun beberapa teknik yang
digunakan pada saat dilakukan reisolasi
adalah teknik monospora dan teknik pengambilan hifa. Teknik monospora yaitu
suatu teknik pemurnian yang dilakuakn dengan cara mengisolasi spora tunggal
atau mengambil spora tunggal untuk dipindahkan pada media yang
baru, sedangkan teknik pengambilan hifa dilakukan dengan cara pengambilan
sebagian sekumpulan hifa jamur untuk dipindahkan pada medium yang baru, (Tim
Penyusun, 2010).
Biakan murni
adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang ditumbuhkan dalam
medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium pertumbuhan.
Medium ini dapat berfungsi sebagai sumber nutrisi yang diperlukan bakteri untuk
tumbuh dan berkembang biak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium pertumbuhan
ini adalah agar-agar. Untuk hasil; yang lebih baik, alat dan bahan yang
digunakan harus disterilkan terlebih dahulu,(Dwidjoseputro, 1994).
Praktikum ini menggunakan teknik pengambilan hifa. Pemindahan dilakukan pada hari ke-5 dalam Laminar Air Flow. Jamur dari media I
diambil sedikit dengan jarum ose. Lalu diletakkan ke media baru dalam kondisi
steril. Cawan petri yang digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan
lalu ditutup dengan plastik. Pengamatan dilakukan setiap hari dengan mencatat
mulai tumbuh jamur, warna koloni, gambar bentuk koloni, dan ada tidaknya
kontaminan.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa pada hari
pertama sudah mulai muncul tanda-tanda adanya hifa jamur yang berwarna putih.
Kemunculan hifa ini juga diiringi dengan munculnya kontaminan. Pada hari kedua,
hifa yang muncul sudah semakin banyak. Pertumbuhan jamur semakin meluas pada
hari ketiga. Pada hari keempat, pertumbuhan jamur semakin lebar dan kontaminan
pun terlihat jelas dengan warnanya yang hitam.
Ketiga, inokulasi merupakan pekerjaan
memindahkan mikroorganisme dari medium yang lama ke medium yang baru
dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dalam praktikum ini, inokulasi merujuk pada pemindahan
jamur dari media buatan (media PDA) ke media pertumbuhan baru yaitu cabai
sehat. Inokulasi dilakukan dengan
meletakkan jamur dengan dua perlakuan. Perlakuan I, yaitu pada cabai
yang dilukai. Perlakuan II, yaitu pada cabai yang tidak dilukai. Ini dilakukan
untuk melihat kecepatan tumbuh jamur pada cabai dengan permukaan berbeda. Kemudian
cabai ini secara terpisah diletakkan dalam nampan berisi air yang telah diberi
tissue dan pipet. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan kondisi jamur yang
cenderung menyukai tempat lembab. Pipet digunakan sebagai tempat peletakan
cabai agar tidak terkena air secara langsung karena air tersebut dapat
menyebabkan pertumbuhan jamur lain.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada hari
pertama belum tampak tanda-tanda cabai sakit. Pada hari kedua, mulai ada bintik
yang menandakan infeksi mulai terjadi. Kemudian jamur mulai berkembang pada
cabai pada hari ke-3. Dan semakin meluas pada hari berikutnya. Pertumbuhan
jamur ini lebih cepat pada cabai yang dilukai dibanding cabai yang tidak
dilukai. Hal ini diduga karena pada
cabai yang dilukai terjadi penetrasi tidak langsung sehingga jamur tidak perlu
lagi membentuk struktur untuk menghancurkan dinding sel. Dan infeksi pun akan
terjadi lebih cepat.
Tahapan terakhir dari Postulat Koch adalah isolasi untuk
kemudian diidentifikasi. Isolasi ini dilakukan dengan cara yang sama dengan
isolasi di awal. Pengambilan sampel untuk isolasi dilakukan denga pemotongan
pada perbatasan daerah yang sakit dan sehat pada permukaan bagian tanaman.
Potongan tersebut dimasukkan ke dalam 9 ml aquades selama 1 menit. Kemudian
dimasukkan ke dalam klorok 1 ml selama 1 menit dan direndam kembali dengan
aquades selama 1 menit. Setelah itu,
potongan diletakan di atas tissue lalu digoreskan pada media dengan jarum ose
dalam kondisi steril di Laminar Air Flow.
Cawan petri yang digunakan diberi label, diletakkan di dalam nampan lalu
ditutup dengan plastik. Setelah beberapa hari jamur akan tumbuh.
Pada pengamatan hari pertama, jamur sudah terlihat
tumbuh. Pada hari kedua semakin melebar. Dan semakin terlihat banyak pada hari
ketiga. Penyebaran jamur sudah meluas ke seluruh area cawan petri pada hari
keempat. Namun, terlihat pula adanya kontaminan pada biakan jamur ini. Lalu
diambil sampel dari jamur ini untuk diamati di bawah mikroskop. Setelah
dilakukan pengamatan, diketahui bahwa jamur yang menyerang cabai ini adalah Colletotrichum
gloeosporioides karena bentuknya yang bulat
lonjong. Jamur ini merupakan jamur yang sama yang menyerang cabai I. Kini sudah
dapat dipastikan bahwa antraknosa pada cabai percobaan ini disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides.
Klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides
Kingdom:
Fungi
Divisi:
Mycota
Subdivisio: Eumycotyna
Kelas:
Deuteromyces
Ordo: Melanconiales
Family:
Melanconiaceae
Genus:
Colletotrichum
Spesies: Colletotrichum gloeosporioides
Colletotrichum
gloeosporioides Penz. parasit fakultatif milik Melanconiales pesanan.
Jamur memproduksi hialin, bersel satu, ovoid untuk lonjong, sedikit melengkung
atau konidia berbentuk dumbbell,
10-15 pM panjang dan lebar 5-7 pM.
Massa konidia tampak merah muda atau salmon berwarna. Patogen awalnya menginfeksi utuh, non-terluka buah
hijau yang belum matang di lapangan. Spora berkecambah dan membentuk
appressoria pada permukaan buah. Jamur, menggunakan appressoriumnya, enzimatik
menembus kutikula dan kemudian tetap sebagai sub-kutikula hifa sampai klimakterik
pasca tahap pertumbuhan buah dicapai. Pada titik ini, jamur mengalami
pertumbuhan pesat dan menyebabkan gejala-gejala yang khas. Kondisi lingkungan
yang menguntungkan patogen adalah suhu tinggi, 28ûC yang optimal, dan
kelembaban tinggi. Spora harus mendapat air yang cukup untuk berkecambah,
perkecambahan diabaikan bawah kelembaban relatif 97%. Spora hanya dibebaskan
dari acervuli ketika ada banyak kelembaban. Pukulan ombak dari hujan adalah
sarana umum menyebar. Keparahan penyakit ini cenderung menurun saat cuaca
kering. Sinar matahari, kelembaban rendah dan temperatur ekstrem (di bawah 18ûC
atau lebih besar dari 25ûC) cepat menginaktivasi spora (Wastie, 1972).
IV. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Secara
sederhana, tahapan Postulat Koch adalah isolasi, reisolasi, inokulasi, dan
isolasi/identifikasi.
2. Postulat
Koch hanya dapat dilakukan pada parasit non-obligat.
3. Pada
praktikum ini sering ditemukan adanya kontaminan karena adanya ketidaksterilan
langkah kerja praktikan dalam mengisolasi maupun menginokulasi jamur.
4. Jamur
dengan kondisi lembab dan dilukai permukaannya akan lebih cepat tumbuh.
5. Penyakit
antraknosa pada cabai percobaan disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G. Mitchell.
2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dwijoseputro,S.1994. Mikrobiologi
Pangan. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Tim
penyusun.2010. Panduan Praktikum Ilmu Penyakit Tumbuhan. Universitas
Lampung. Lampung.
Underwood, JCE. 1996. Patologi
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Wastie, RL 1972. Daun sekunder jatuhnya Hevea
brasiliensis: faktor yang mempengaruhi produksi, perkecambahan, dan viabilitas
spora Colletotrichum gloeosporioides
Ann.. Appl. Biol. 72:273-282.
Komentar