Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
ANALISIS
VEGETASI
(Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian
Gulma)
Oleh
Kelompok
7
Desna Herawati
Diki Apriadi
Dwi Safitri
Habiba Nurul Istiqomah
Heru Dwi Purnomo
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Gulma sering kali
menimbulkan berbagai masalah pada lahan pertanian. Kerusakan
tanaman atau penurunan produksi pertanian akibat gulma pada umumnya memiliki
korelasi yang searah dengan populasi gulma itu sendiri. Dalam hal ini faktor
yang paling tampak adalah perebutan penguasaan sarana tumbuh, ruang gerak dan
nutrisi antara tanaman dan gulma (Andrixinata, 2010). Posisi gulma
sebagai tumbuhan yang tidak diinginkan menyebabkan pengendalian gulma mendapat
perhatian lebih. Salah satu cara untuk mengetahui cara tepat dalam pengendalian
gulma adalah dengan analisis vegetasi.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem (Lestari, 2013). Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sriyani, dkk). Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Vegetasi dapat diartikan sebagai komunitas tumbuhan yang menempati suatu ekosistem (Lestari, 2013). Komposisi vegetasi sering kali berubah seiring dengan berjalannya waktu, perubahan iklim, dan aktivitas manusia. Perubahan vegetasi ini mendorong perlu dilakukannya analisi vegetasi. Analisis vegetasi merupakan suatu cara untuk menemukan komposisi jenis vegetasi dari yang paling dominan hingga tidak dominan (Sriyani, dkk). Keadaan vegetasi yang diamati berupa bentuk vegetasi seperti rumput, semak rendah, tumbuhan menjalar, herba, maupun tumbuhan dalam hamparan yang luas.
Dalam kaitannya dengan
gulma, analisis vegetasi digunakan untuk mengetahui gulma- gulma
yang memiliki kemampuan tinggi dalam penguasaan sarana tumbuh dan ruang hidup.
Penguasaan sarana tumbuh pada umumnya
menentukan gulmatersebut penting atau tidak. Populasi gulma yang bersifat
dominan ini nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan pengendalian gulma.
1.2
Tujuan
Praktikum
Tujuan dari praktikum analisis vegetasi
ini adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa
mengerti manfaat analisis vegetasi.
2. Mahasiswa
dapat melaksanakan analisis vegetasi dengan menggunakan metode yang umum
dipakai.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Gulma
ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin
berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan.
Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai
gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan
sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh
secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sembodo, 2010).
Kebanyakan
Gulma adalah tanaman yang cepat tumbuh dan dapat menghasilkan sejumlah besar
biji dalam waktu singkat perkembangbiakan gulma sangat mudah baik secara
generatif maupun secara vegetatif. Secara generatif, biji-biji gulma yang
halus, ringan, dan berjumlah sangat banyak dapat disebarkan oleh angin, air,
hewan, maupun manusia. Perkembangbiakan secara vegetatif terjadi karena bagian
batang yang berada di dalam tanah akan membentuk tunas yang nantinya akan
membentuk tumbuhan baru. Demikian juga, bagian akar tanaman, misalnya stolon,
rhizomma, dan umbi, akan bertunas dan membentuk tumbuhan baru (Barus, 2003).
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang
rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi. Analisis
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Dalam ekologi hutan satuan
yang diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit (Rohman
dan Sumberartha, 2001).
Metode analisis vegetasi yang lazim
digunakan ada 4 macam yaitu estimasi visual, metode kuadrat, metode garis dan
metode titik (Tjitrosoediro, 1984).
1. Metode estimasi visual
Pengamatan dilakukan pada titik
tertentu yang selalu tetap letaknya, misalnya selalu di tengah atau di salah
satu sudut yang tetap pada petak-contoh yang telah terbatas. Besaran yang
dihitung berupa dominansi yang dinyatakan dalam persentase penyebaran. Estimasi
visual dilakukan berdasarkan pengamatan visual atau dengan cara melihat dan
menduga parameter gulma yang akan diamati. Metode estimasi visual memiliki
kelemahan yaitu hanya layak dilakukan oleh orang yang berpengalaman
2. Metode kuadrat
Kuadrat adalah suatu ukuran luas
yang dinyatakan dalam satuan kuadrat (misalnya m2, cm2,
dan sebagainya) tetapi bentuk petak-contoh dapat berupa segi-empat (kuadrat),
segi panjang, atau sebuah lingkaran. Dalam pelaksaan dilapangan sering
digunakan bujur sangkar.
3. Metode garis
Metode garis atau rintisan, adalah
petak-contoh memanjang, diletakkan di atas sebuah komunitas vegetasi
4. Metode titik
Metode titik merupakan suatu variasi
metode kuadrat.Jika sebuah kuadrat diperkecil sampai titik tidak terhingga,
akan menjadi titik
Konsepsi
dan metode analisis vegetasi sesungguhnya sangat bervariasi, tergantung keadaan
vegetasi itu sendiri dan tujuannya. Misalnya apakah ditujukan untuk mempelajari
tingkat suksesi, apakah untuk evaluasi hasil suatu pengendalian gulma. Metode
yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Untuk
areal yang luas dengan vegetasi semak rendah misalnya, digunakan metode garis
(line intersept), untuk pengamatan sebuah contoh petak dengan vegetai “tumbuh
menjalar” (cpeeping) digunakan metode titik (point intercept) dan untuk suatu
survei daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu, estimasi visual (visual
estimation) mungkin dapat digunakan oleh peneliti yang sudah berpengalaman. Juga
harus diperhatikan keadaan geologi, tanah, topografi, dan data vegetasi yang
mungkin telah ada sebelumnya, serta fasilitas kerja atau keadaan, seperti peta
lokasi yang bisa dicapai, waktu yang tersedia, dan lain sebagainya; semuanya
untuk memperoleh efisiensi. Pengamatan gulma dilakukan dengan analisis vegetasi
untuk penentuan nilai NJD atau SDR (Nisbah Jumlah Dominasi) dengan perhitungan
analisis vegetasi (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).
Metode garis merupakan
suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada
vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal
ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang
menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan
lain-lain. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100
m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m.
Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis
yang digunakan cukup 1 meter. Dalam
ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu
vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan
tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Pada metode garis ini,
system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan
untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah
individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar
panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan
prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu
tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan
suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman dan
Sumberatha, 2001).
Secara
umum peranan vegetasi dalam suatu ekosistem terkait dengan pengaturan
keseimbangan karbon dioksida dan oksigen dalam udara, perbaikan sifat fisik,
kimia dan biologis tanah, pengaturan tata air tanah dan lain-lain. Meskipun
secara umum kehadiran vegetasi pada suatu area memberikan dampak positif,
tetapi pengaruhnya bervariasi tergantung pada struktur dan komposisi vegetasi
yang tumbuh pada daerah itu. Sebagai contoh vegetasi secara umum akan
mengurangi laju erosi tanah, tetapi besarnya tergantung struktur dan komposisi
tumbuhan yang menyusun formasi vegetasi daerah tersebut. Metodologi-metodologi
yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian,
yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei,
1990).
Data yang diperoleh dari analisis
vegetasi dibagi menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.
Data kualitatif yaitu data yang menunjukkan bagaimana suatu jenis tumbuhan
tersebar dan berkelompok. Sedangkan data kualitatif merupakan data yang
menyatakan jumlah, ukuran, berat basah/kering suatu jenis, dan luas daerah yang
ditumbuhinya. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah
dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga
vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan
pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami
perubahan drastik karena pengaruh anthropogenic (Sembodo, 2010).
Frekuensi suatu jenis
tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari
sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekuensi dinyatakan dalam besaran
persentase. Misalnya jenis Avicennia marina (api-api) ditemukan dalam
50 petak contoh dari 100 petak contoh yang dibuat, sehingga frekwensi jenis
api-api tersebut adalah 50/100 x 100% = 50%. Jadi dalam penentuan frekwensi ini
tidak ada counting, tetapi hanya suatu perisalahan mengenai keberadaan
suatu jenis saja (Irwanto, 2010).
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut.
X
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan 3 pengambilan titik sampel
dengan luas 50cmx50cm. Dari ketiga titik sampel tersebut, didapatkan sebelas
jenis gulma yang dominan. Gulma yang paling dominan dari sebelas jenis gulma
tersebut adalah Imperata cylindrica dengan
nilai SDR 0,2046. Berikut adalah urutan
gulma yang dominan sampai yang tidak dominan, yaitu Cyperus kyllingia (0,1697), Axonopus
compresus (0,1692), Asystasia
gangetica (0,1237), Cleome
rutidosperm (0,0706), Oxalis
corniculata (0,0685), Setaria plicata
(0,0664), Acalypha indica (0,0642), Paspalum (0,0223), Keladi (0,0211), dan yang terakhir adalah Peperomia pellucida L dengan nilai SDR
sebesar 0,0197.
Spesies gulma tumbuh bergantung pada pengairan,
pemupukan, pengolahan tanah, dan cara pengendalian. Dalam praktikum ini Imperata cylindrica termasuk dalam gulma
golongan rumput. Gulma rumput dominan karena gulma rumput umumnya bereproduksi
secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah
dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik (Syakir, 2008).
Pada pengamatan ini dapat dilihat bahwa gulma spesies Imperata cylindrica memiliki dominansi
40% dengan kerapatan sebanyak 47 pada ulangan 2, dan dominansi 30 dengan
kerapatan 15 pada ulangan 3. Sehingga diperoleh kerapatan mutlak 62 dan
dominansi mutlak 70%. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan dan dominansi
menunjukkan korelasi negatif. Kerapatan menunjukkan jumlah individu suatu jenis
tumbuhan pada tiap petak contoh. Kerapatan berhubungan erat dengan musim dan
vitalitas tumbuhan. Sedangkan dominansi digunakan untuk menyatakan berapa luas
area yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau kemampuan sesuatu jenis
tumbuhan dalam hal bersaing terhadap jenis lainnya. Dominansi dinyatakan dengan
istilah kelindungan atau luas basal atau biomassa atau volume.
Gulma dapat dikendalikan dengan beberapa teknik berikut
ini:
1. Preventif
atau pencegahan
Gulma
dapat dicegah masuk dan penyebarannya anatara lain yaitu bibit-bibit pertanaman
dibersihkan dari kontaminasi biji-biji gulma, pencegahan penggunaan pupuk
kandang yang belum matang, ternak yang akan diangkut harus dibersihkan,
memberantas gulma di sisi sungai dan saluran pengairan, dan mencegah gulma
tahunan agar tidak berbiak dengan cara vegetatif.
2. Secara
ekologis atau sistem budidaya
Pengendalian
gulma secara ekologis dapat dilakukan dengan cara pergiliran tanaman, misalnya
padi-tebu-kedelai, atau padi-palawija. Pengendalian gulma dalam budidaya
pertanian, misalnya waktu tanam, jarak tanam, dan penggunaan varietas unggul. Selain
itu dapat menggunakan penaungan dengan tumbuhan tertutup (Kusumaningrum, 2007).
3. Secara
biologis
Menurut
Purnomo (2010), ada 2 pendekatan yang diterapkan dalam pengendalian hayati
gulma, yaitu pengendalian hayati klasik atau introduksi dan inundasi.
Pengendalian hayati klasik dapat dilakukan dengan melepas agen pengendali
hayati dalam jumlah tertentu. Musuh alami akan memakan gulma, bereproduksi dan
secara bertahap akan mengendalikan gulma. Contoh agen hayati pada strategi ini
adalah Arthropoda. Pengendalian hayati inundasi dilakukan dengan melepas musuh
alami dalam jumlah besar , misalnya adalah jamur dan bakteri.
4. Pengendalian
secara kimiawi
Pengendalaian
secara kimiawi dilakukan dengan aplikasi herbisida. Macam herbisida yang
dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam,
pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi
adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi
negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam
sekitar dan sebagainya.
5. Secara
fisik
Pengendalian
secara fisik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengolahan tanah,
pembabatan, penggenangan, pembakaran, mulsa.
a. Pengolahan tanah
Pengolahan tanah
dengan menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor dan
sebagainya pada umumnya juga berfungsi untuk memberantas gulma. Efektifitas
alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung beberapa faktor
seperti siklus hidup dari gulma atau kropnya, dalam dan penyebaran akar, umur
dan ukuran infestasi, macamnya krop yang ditanaman, jenis dan topografi tanah
dan iklim.
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan umumnya
hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif untuk
gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan, interval
(ulangan) dan sebagainya. Pembabatan biasanya dilakukan di perkebunan yang
mempunyai krop berupa pohon, pada halaman-halaman, tepi jalan umum, jalan
kereeta pai, padang rumput dan sebagainya. Pembabatan sebaiknya dilakukan pada
waktu gulma menjelang berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan
hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan
efektif untuk memberantas gulma tahunan. Caranya dengan menggenangi sedalam 15
- 25 cm selama 3 - 8 minggu. Gulma yang digenangi harus cukup terendam, karena
bila sebagian daunnya muncul di atas air maka gulma tersebut umumnya masih
dapat hidup.
d. Pembakaran
Suhu kritis yang
menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 – 55oC, tetapi
biji-biji yang kering lebih tahan daripada tumbuhannya yang hidup. Kematian
dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi pada
protoplasmanya.
Pembakaran secara
terbatas masih sering dilakukan untuk membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa
tumbuhan setelah dipangkas. Pembakaran umumnya banyak dilakukan pada
tanah-tanah yang non pertanian, seperti di pinggir-pinggir jalan, pinggir kali,
hutan dan tanah-tanah industri.
Keuntungan
pembakaran untuk pemberantasan gulma dibanding dengan pemberantasan secara
kimiawi adalah pada pembakaran tidak terdapat efek residu pada tanah dan
tanaman. Keuntungan lain dari pembakaran ialah insekta-insekta dan hama-hama
lain serta penyakit seperti cendawan-cendawan ikut dimatikan. Kerugian
melakukan pembakaran ialah bahaya kebakaran bagi sekelilingnya, mengurangi
kandungan humus atau mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi, biji-biji
gulma tertentu tidak mati, asapnya dapat menimbulkan alergi dan sebagainya.
e. Mulsa (mulching, penutup seresah)
Penggunaan mulsa
dimaksudkan untuk mencegah agar cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga
gulma tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan
yang baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan
plastik (Hamasains, 2010).
V.
KESIMPULAN
Berdasarkan
kesimpulan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Spesies gulma yang paling dominan adalah Imperata cylindrica dengan nilai SDR 0,2046.
- Gulma rumput dominan karena gulma rumput umumnya bereproduksi secara vegetatif dengan stolon dan rhizome yang mampu bertahan di dalam tanah dan akan tumbuh kembali jika kondisi sudah baik
- Hubungan kerapatan gulma dan dominansi gulma memiliki korelasi negatif.
- Teknik pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara preventif, biologis, ekologis, fisik, dan pengendalian secara kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Andrixinata.
2010. Laporan Pengendalian Gulma Analisis Vegetasi Gulma. Departemen Agronomi
Hortikultura. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Jawa Barat.
Barus, Emanuel. 2003. Pengendalian Gulma Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta.
Hamasains.
2010. Gulma Tanaman.http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.html. Diakses pada 8 Oktober 2013 pukul 21.42 WIB
Irwanto. 2010.
Analisis Vegetasi Parameter Kuantitatif. http://www.irwanto shut.net. Diakses pada 02
Oktober 2013. Pukul 20.30 WIB.
Lestari,
Lis. 2013. Pengertian dan Definisi Vegetasi. http://www.kamusq.com/2013/04/vegetasi-adalah-pengertian-dan-definisi.html.
Diakses pada 08 Oktober. Pukul 21.46 WIB.
Purnomo, Hari. 2010. Pengantar Pengendalian Hayati. Andi Offset. Yogyakarta
Rohman, Fatchur dan I Wayan
Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA. Malang.
Sembodo, D.R.J. 2010. Gulma dan Pengelolaannya. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Sriyani,
Nanik dkk. 2012. Panduan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma. Jurusan
Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Syakir, Muhammad et al. 2008. Pemanfaatan limbah sagu sebagai pengendalian gulma pada lada perdu.
Jurnal Littri Vol. 14 No. 3 : 107 – 112.
Sukman, Y dan Yakup. 1995. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung. ITB.
Tjitrosoedirdjo, S., H. Utomo, dan J.
Wiroatmodjo., 1984. Pengelolaan Gulma di
Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.
Komentar