Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
(Tugas Praktikum Produksi Tanaman Sayur)
Oleh
Habiba Nurul Istiqomah
1114121095
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
------------------------------------------
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Paprika (Capsicum annuum L.) termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae),
rasanya manis dan ada sedikit rasa pedas. Buah paprika dapat berwarna hijau,
merah, kuning, atau ungu. Buah ini populer dikonsumsi sebagai campuran salad. Paprika
umumnya tumbuh setinggi 50cm-150cm pada ketinggian 750mdpl. Buah paprika mengandung
sedikit protein, lemak dan gula namun mengandung banyak karoten (Tim Penulis,
2013). Puslitbanghort (2006) melaporkan kandungan vitamin C pada paprika jauh
lebih tinggi (sekitar 340 mg/100 g buah segar) daripada buah jeruk (sekitar 146
mg/100 g buah segar).
Sebenarnya paprika bukanlah tanaman asli Indonesia.
Tanaman ini berasal dari daerah beriklim subtropis seperti Amerika Selatan
(Alberta, 2004). Namun perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia
(terutama perkotaan) menyebabkan permintaan paprika di Indonesia menjadi cukup
tinggi. Di Indonesia, budidaya paprika dilakukan di daerah dataran tinggi seperti
Brastagi dan Jawa Barat. Salah satu daerah pusat budidaya paprika di Bandung
Barat adalah daerah Pasirlangu.
Budidaya paprika di Indonesia dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan dalam dan luar negeri. Saat ini produksi paprika di Indonesia masih
tergolong rendah. Sebagai contoh, permintaan dari Singapura mencapai 4 ton per
hari. Namun para petani belum bisa memenuhinya. Kemampuan produksi para petani
paprika hanya mencapai 8 ton/ bulan dengan produktivitas 3-5 kg/tanaman.
Rincian tersebut
Luas
panen tanaman paprika di Indonesia pada tahun 2009 yaitu 1.471 ha, dengan
produktivitas sekitar 2.56 ton/ha. Produktivitas ini masih tergolong sangat
rendah jika dibandingkan dengan Belanda. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian
dan Pengembangan Hortikultura Indonesia, produktivitas tanaman paprika yang
dicapai adalah 8-9kg/m2 dengan periode pertumbuhan tujuh bulan.
Sedangkan di Belanda, produktivitas paprika dapat mencapai 25-30 kg/m2
dengan periode pertumbuhan 12 bulan. Data ini menunjukkan bahwa Belanda mampu
memroduksi paprika tiga kali lipat lebih banyak dibanding Indonesia (Puslitbanghort,
2005).
Rendahnya produktivitas paprika di Indonesia disinyalir
akibat kekurangtepatan teknik budidaya. Oleh karena itu, teknik budidaya yang
tepat perlu disosialisasikan secara luas. Teknik budidaya tersebut dimulai dari
persemaian, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan
penyakit, panen, dan pascapanen. Salah satu teknik yang harus diperhatikan
dalam pemeliharaan tanaman paprika adalah teknik pemangkasan cabang. Banyaknya
cabang yang terdapat pada tanaman paprika akan mempengaruhi produksi buahnya.
Makalah ini membahas perihal pemangkasan pada tanaman paprika dengan tujuan
meningkatkan produksi buah paprika.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut.
1.
Mahasiswa dapat mengetahui manfaat pemangkasan.
2.
Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teknik pemangkasan.
3.
Mahasiswa dapat mengetahui cara pemangkasan yang tepat pada tanaman
paprika.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Apa saja manfaat pemangkasan pada tanaman paprika?
2.
Apa saja teknik pemangkasan yang biasa digunakan pada sayuran?
3.
Bagaimana pemangkasan pada tanaman paprika?
-----------------------------------
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pemangkasan
Pemangkasan (purining)
adalah tindakan pembuangan bagian-bagian tanaman seperti cabang atau ranting
yang tidak dikehendaki (Akbar dkk, 2012).
2.2
Manfaat Pemangkasan
Pemangkasan
pada tanaman paprika dilakukan dengan tujuan:
1. Mendapatkan
bentuk tertentu sehingga tanaman memiliki nilai estetika lebih.
Menurut Poincelot (1980)
pemangkasan pada paprika dapat menyebabkan tanaman lebih seimbang dari segi
ukuran dan bentuk, tanaman menjadi kokoh serta susunan cabang teratur dan lebih
mudah dirawat. Pemangkasan juga dilakukan untuk membuang bagian tanaman yang
sakit dan rusak sehingga hanya tersisa bagian tanaman yang bagus. Bahkan beberapa
tanaman dapat dibentuk sesuai keinginan kita melalui pemangkasan.
2.
Mencapai tingkat efisiensi yang
tinggi dalam pemanfaatan cahaya matahari.
Pemangkasan dilakukan untuk
membentuk dan meremajakan kanopi tanaman (Purbiati, 1996). Pembetukan kanopi
tanaman dapat berimbas pada tersebarnya distribusi cahaya matahari secara lebih
merata pada kanopi daun di bawahnya sehingga sumber (source)
dapat memenuhi kebutuhan sink (wadah) yakni bunga dan buah, serta merangsang
pertumbuhan bidang percabangan yang luas (Mawarni, 1998).
3.
Mempermudah pengendalian hama
penyakit.
Pemangkasan mampu mengurangi kelembaban yang
dapat mengundang hama dan penyakit tanaman. Menurut Zrubecz dan Toth (2008) teknologi pemangkasan sangat
berpengaruh dalam memproteksi tanaman paprika yang tumbuh di daerah yang telah
terinfeksi serangga Frankliniella occidentalis.
4.
Mempermudah pemanenan.
Cabang dan daun yang terlalu rimbun dapat memperlama
proses pemanenan. Oleh karena itu, cabang dan daun yang terlalu rimbun perlu
dilakukan pemangkasan.
5. Mengurangi
beban buah yang terlampau lebat sehingga didapatkan buah dengan kualitas dan
kuantitas yang baik.
Buah merupakan bagian
tanaman yang paling banyak menyimpan hasil fotosintesis. Buah yang terlalu
banyak pada satu tanaman menyebabkan bagian tanaman yang lain seperti daun dan
batang menjadi kekurangan hasil
fotosintesis tersebut, sehingga pucuk tanaman menjadi kurus, pertumbuhan
vegetatif tanaman lambat, ukuran buah
kecil dan gugurnya bunga (Puslitbanghort, 2008).
6.
Efisiensi assimilat.
Selama fase pertumbuhan
vegetatif terjadi, maka daun, batang, dan akar saling berkompetis untuk
mendapatkan assimilat, hara dan air. Jumlah assimilat yang ditrasportasikan
dari ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dan
batang berperan sebagai penyimpan fotosintat. Sel-sel meristem seperti pucuk,
daun-daun muda dan cabang muda serta organ reproduktif memiliki posisi yang lebih
menguntungkan untuk mendapatkan assimilat. Pada daun muda hampir seluruhnya fotosintat
dipergunakan untuk menghasilkan energi. Karena pada awal pertumbuhannya
daun-daun muda berperan sebagai wadah dan kebutuhan assimilatnya dipasok dari
daun-daun dewasa melalui floem, kemudian akan berubah menjadi sumber
fotosintat. Ini berarti daun-daun muda masih memerlukan assimilat dari organ
daun-daun dewasa sampai daun muda tersebut mampu mencukupi kebutuhannya
sendiri. Tujuan utama pemangkasan adalah bagaimana cara mengalokasikan
assimilat agar lebih efisien ke biji maupun buah yaitu melalui pengurangan daun
bagian non produktif (Widodo, 1990).
2.2 Macam-Macam
Pemangkasan
Menurut Zulkarnain (2009) berdasarkan
umur tanaman, pemangkasan dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu
1.
Pemangkasan pada pembibitan
2.
Pemangkasan tanaman yang belum
menghasilkan
3.
Pemangkasan tanaman yang sudah
menghasilkan
Sedangkan berdasarkan tujuannya, pemangkasan dapat
dikelompokkan menjadi :
1.
Pemangkasan mengendalikan ukuran tanaman
Pemangkasan dengan tujuan mengendalikan ukuran tanaman
biasanya dilakukan pada tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan estetika. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pembuangan secara selektif
terhadap bagian-bagian vegetatif tertentu pada tanaman untuk mempertahankan
ukuran optimalnya.
2.
Pemangkasan untuk mengendalikan
bentuk tanaman
Pemangkasan ini berkaitan erat
dengan kekuatan struktural individutanaman tersebut. Kekuatan struktural ini
dapat diperoleh denganmembuang cabang-cabang yang membentuk sudut tajam
sehingga menyisakan cabang-cabang dengan sudut yang tumpul/lebar.
Percabangandengan sudut tajam/sempit cenderung mudah patah bila mendapat
tekanankarena tidak adanya kambium yang sinambung dan adanya kulit kayu atau
parenkim yang terjepit pada ketiak batang.
3.
Permangkasan untuk meningkatkan
keragaan tanaman
Pemangkasan ini ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan keragaan tanaman. Pemangkasan ini biasanya
dilakukan terhadap tanaman yang akan dipindahkan dari suatu lokasi ke lokasi
lain atau terhadap bibit yang akan dipindahkan dari pembibitan ke kebun.
Pemangkasan ini dilakukan dengan memangkas sebagian akar dan atau daun-daunnya.
Pemangkasan akar dapat merangsang inisiasi akar-akar baru. Sedangkan
pemangkasan daun dapat mengurangi luas bidang transpirasi sehingga diperoleh
keseimbangan antara laju transpirasi melalui daun dengan laju penyerapan air
melalui akar.
4.
Pemangkasan untuk memperbaiki
kuantitas dan kualitas hasil (produksi)
Pemangkasan dilakukan secara
selektif (bukan pemangkasan berat, karena akan merangsang pertumbuhan
vegetatif). Pemangkasan selektif ini diharapkan akan membantu akumulasi
karbohidrat tanaman untuk pembentukan bunga dan pertumbuhan buah. Selain itu,
mutu bunga dan buah sangat dipengaruhi oleh vigor cabang di mana bunga dan buah
tersebut berada serta letak cabang tersebut pada pohon. Pemangkasan ini
bertujuan untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang yang mati atau
kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah, serta cabang air yaitu cabang
muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan
segera setelah panen.
5. Pemangkasan
untuk peremajaan tanaman
Pemangkasan untuk peremajaan tanaman sangat perlu
untuk merangsang pertumbuhan reproduktif secara maksimum. Tanaman harus terus-menerus
diremajakan agar dapat membentuk kayu pada umur reproduktif optimum sehingga
diperoleh keragaan yang unggul. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
pemangkasan peremajaan ini antara lain adalah waktu diferensiasi tunas bunga
(inisiasi tunas bunga dapat terjadi pada musim yang sama dengan pembungaan atau
dapat pula pada musim sebelumnya) dan umur cabang yang paling banyak
menumbuhkan tunas dengan mutu terbaik.
2.3 Teknik
Pemangkasan Secara Umum
Menurut
Zulkarnain (2009), teknik pemangkasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Pemancungan
(headling back), merupakan teknik
pemangkasan dengan memotong atau membuang bagian ujung suatu cabang hingga
tersisa satu tunas. Pemancungan dapat memecahkan dominansi apikal, maka setelah
pemancungan biasanya terjadi pertumbuhan vegetatif yang lebat sebagai akibat
dari tumbuhnya tunas-tunas lateral. Oleh karena itu, pemancungan cenderung
menghasilkan pertumbuhan tanaman dengan pola menyemak (bush) dan kompak.
2. Penipisan
(thinning out), merupakan tindakan
membuang secara total cabang-cabang sehingga yang tersisa hanya cabang pokok
atau cabang lateral saja. Penipisan memiliki pengaruh yang berlawanan dengan
pemancungan, yakni meningkatkan pemanjangan dari cabang-cabang terminal yang
ditinggalkan. Sebagai hasil akhirnya adalah pertumbuhan cabang-cabang lateral
menjadi berkurang. Dengan penipisan, tanaman yang tumbuhnya lemah dapat menjadi
lebih terbuka sehingga menghasilkan suatu bentuk tanaman yang lebih besar
(tetapi bukan lebat). Penipisan juga dapat ditujukan untuk meremajakan tanaman
tua sehingga merangsang pertumbuhan titik-titik ditinggalkan.
2.4 Teknik
Pemangkasan Tanaman Paprika
Teknik pemangkasan yang dilakukan pada tanaman paprika temasuk
dalam campuran antara teknik headling
back dan teknik thinning
out (penipisan). Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan
dan produksi tanaman maksimal, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun
dan pemangkasan bunga.
· Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan
mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama.
Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar.
· Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang
utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun.
· Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu
setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu
ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar
dan berkualitas.
(Tim
Penyusun, 2012)
2.5 Respon Tanaman Paprika terhadap Pemangkasan
Pemangkasan memiliki dampak fisiologis
hadap pertumbuhan dan produksi tanaman paprika. Respon fisiologis tanaman
terhadap pemangkasan merupakan akibat dari perubahan- perubahan yang terjadi
pada bagian-bagian tanaman yang ditinggalkan serta terganggunya pola
pembentukan auksin. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman ini berbeda-beda tergantung apakah pada saat dipangkas tanaman dalam
keadaan normal atau sedang tumbuh aktif.
Pemangkasan berhubungan pula dengan
pembungaan tanaman.Tanaman yang dipangkas pucuknya dengan berat, terutama bila
masih muda cenderung untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Sementara itu,
pemangkasan terhadap akar cenderung untuk mendorong pembungaan. Hal ini dapat dijelaskan
dengan teori keseimbangan karbohidrat, di mana tanaman yang pucuknya dipangkas
berat akan menarik cadangan karbohidrat untuk meningkatkan pertumbuhannya.
Penarikan cadangan karbohidrat ini menyebabkan penurunan pada keseimbangan
karbohidrat. Sedangkan tanaman yang dipangkas akarnya akan mengalami
pengurangan akumulasi nitrogen, sehingga terjadi penurunan dalam pertumbuhan
vegetatifnya. Akibatnya akan terjadi surplus karbohidrat sehingga tanaman
memasuki fase pertumbuhan generatif.
Pemangkasan yang dilakukan terhadap ujung
batang menyebabkan aktifnya tunas-tunas aksilar yang biasanya terdapat langsung
di bawah pangkasan. Hal ini sebagai akibat dari hilangnya meristem penghasil
auksin sehingga konsentrasi auksin yang turun ke bawah menjadi berkurang. Akibatnya,
terjadi rangsangan untuk inisiasi pertumbuhan tunas-tunas aksilar. Jadi,
pemangkasan dengan hanya membuang ujung batang dapat menghasilkan bentuk baru
sebagai akibat rusakya domansi apikal. Sementara itu, pemangkasan yang hanya
membuang tunas-tunas samping dapat meningkatkan vigor ujung batang, sehingga
meningkatkan kandungan auksin eodogen tanaman yang pada gilirannya akan
menghambat tumbuhnya tunas-tunas lateral. Terhambatnya tunas lateral
menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat ke bagian lain tanaman, yaitu
bagian buah. Sehingga diperoleh paprika yang besar dan berkualitas. Tentu hal
ini dapat meningkatkan produktivitas paprika (Zulkarnain
, 2009).
-----------------------------
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah
sebagai berikut:
1.
Manfaaat pemangkasan tanaman paprika yaitu meningkatkan efisiensi cahaya
matahari, meningkatkan efisiensi assimilat, peningkatan kuantitas dan kualitas
buah, pengendalian hama dan penyakit, dan mempermudah pemanenan.
2.
Secara umum teknik pemangkasan terdiri atas pemancungan
(headling back) dan penipisan (thinning out).
3.
Pemangkasan
tanaman paprika meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun
dan pemangkasan bunga.
3.2
Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
1.
Pemangkasan paprika perlu disosialisasikan lebih gencar.
2.
Peningkatan produktivitas paprika perlu diimbangi dengan sistem budidaya
yang benar mulai dari penyemaian hingga panen dan pascapanen, bukan hanya
pemangkasan.
------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Akbar dkk. 2012. Teknik Pemangkasan pada
Tanaman Hortikultura. http://www.scribd.com/doc/82370535/Teknik-Pemangkasan-Tanaman-Hortikultura-Bahan-Kuliah-TPTH-I. diakses
pada 20 April 2013. Pukul 23.05 WIB.
Alberta. 2004. Guide to commercial greenhouse sweet bell
pepper production in
Alberta.http://www1.agric.gov.ab.ca/$department/deptdocs.nsf/all/opp2873[21
April 2013].
Kusmayadi,
D.
2011. Pengelolaan pemangkasan paprika dan karakterisasi kuantitatif buah
tomat di PT Joro, Bandung Barat, Jawa Barat. IPB. Bogor.
Mawarni,
L. 1998. Tanggap Tanaman Kedelai terhadap
Pemangkasan dan Tingkat Pemberian Air. Kultura. 145 (XX19): 73 – 77.
Poincelot,
R.P. 1980. Horticulture: Principles and
Pratical Application. Prentice Hall, INC., Englewood Cliffs. New Jersey.
Pp. 281 – 305.
Purbiati,
T. 1996. Teknologi Pemangkasan pada
Tanaman Mangga. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Buletin Teknologi dan Informasi
Pertanian. (1): 22 – 25.
Puslitbanghort. 2005. Pengaruh Populasi Tanaman dan Teknik Seleksi
Buah dan Pucuk Samping Tanaman Paprika Yang Ditanam Pada Dua Tipe Konstruksi
Rumah Plastik Berbeda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura,
Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 60 hal.
____________. 2006. Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annum var. grossum) di dalam Rumah Plastik.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Bandung. 61 hal.
____________. 2008. Budidaya Paprika di Dalam Rumah Kasa
Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pusat Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 65 hal.
Tim
Penulis. 2013. Paprika. http://id.wikipedia.org/wiki/Paprika.
diakses pada 20 April 2013. Pukul 22.55 WIB.
Tim Penyusun. 2012. Praktek Pemeliharaan Tanaman. IPDN. Jakarta.
Widodo,
S.E. 1990. Alokasi Asimilat dan Efisiensi
Hasil. Makalah Disampaikan pada Kursus Singkat Fisiologi Tanaman.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal. 1 – 2.
Zrubecz,
P and F. Toth. 2008. The effect of
pruning on fruit quality composition and on the economic loss caused by
Frankliniella occidentalis (Pergande) in greenhouse sweet pepper (Capsicum
annuum L.). J. Zoology 4:282-294.
Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.
Komentar