Langsung ke konten utama

Postingan Terbaru

Berkunjung ke Desa Adat Baduy Dalam

Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku

TEKNIK PEMANGKASAN PAPRIKA (Capsicum annuum L.)



TEKNIK PEMANGKASAN PAPRIKA (Capsicum annuum L.)
(Tugas Praktikum Produksi Tanaman Sayur)




Oleh
Habiba Nurul Istiqomah
1114121095








JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013

------------------------------------------

BAB I
PENDAHULUAN


1.1         Latar Belakang

Paprika (Capsicum annuum L.) termasuk dalam suku terong-terongan (Solanaceae), rasanya manis dan ada sedikit rasa pedas. Buah paprika dapat berwarna hijau, merah, kuning, atau ungu. Buah ini populer dikonsumsi sebagai campuran salad. Paprika umumnya tumbuh setinggi 50cm-150cm pada ketinggian 750mdpl. Buah paprika mengandung sedikit protein, lemak dan gula namun mengandung banyak karoten (Tim Penulis, 2013). Puslitbanghort (2006) melaporkan kandungan vitamin C pada paprika jauh lebih tinggi (sekitar 340 mg/100 g buah segar) daripada buah jeruk (sekitar 146 mg/100 g buah segar).

Sebenarnya paprika bukanlah tanaman asli Indonesia. Tanaman ini berasal dari daerah beriklim subtropis seperti Amerika Selatan (Alberta, 2004). Namun perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia (terutama perkotaan) menyebabkan permintaan paprika di Indonesia menjadi cukup tinggi. Di Indonesia, budidaya paprika dilakukan di daerah dataran tinggi seperti Brastagi dan Jawa Barat. Salah satu daerah pusat budidaya paprika di Bandung Barat adalah daerah Pasirlangu.
Budidaya paprika di Indonesia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Saat ini produksi paprika di Indonesia masih tergolong rendah. Sebagai contoh, permintaan dari Singapura mencapai 4 ton per hari. Namun para petani belum bisa memenuhinya. Kemampuan produksi para petani paprika hanya mencapai 8 ton/ bulan dengan produktivitas 3-5 kg/tanaman. Rincian tersebut
yaitu 4 ton untuk ekspor ke Singapura dan 4 ton lainnya untuk pemasaran dalam negeri (Kusmayadi, 2011).
 
Luas panen tanaman paprika di Indonesia pada tahun 2009 yaitu 1.471 ha, dengan produktivitas sekitar 2.56 ton/ha. Produktivitas ini masih tergolong sangat rendah jika dibandingkan dengan Belanda. Berdasarkan hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Indonesia, produktivitas tanaman paprika yang dicapai adalah 8-9kg/m2 dengan periode pertumbuhan tujuh bulan. Sedangkan di Belanda, produktivitas paprika dapat mencapai 25-30 kg/m2 dengan periode pertumbuhan 12 bulan. Data ini menunjukkan bahwa Belanda mampu memroduksi paprika tiga kali lipat lebih banyak dibanding Indonesia (Puslitbanghort, 2005).

Rendahnya produktivitas paprika di Indonesia disinyalir akibat kekurangtepatan teknik budidaya. Oleh karena itu, teknik budidaya yang tepat perlu disosialisasikan secara luas. Teknik budidaya tersebut dimulai dari persemaian, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pascapanen. Salah satu teknik yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan tanaman paprika adalah teknik pemangkasan cabang. Banyaknya cabang yang terdapat pada tanaman paprika akan mempengaruhi produksi buahnya. Makalah ini membahas perihal pemangkasan pada tanaman paprika dengan tujuan meningkatkan produksi buah paprika.

1.2    Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.    Mahasiswa dapat mengetahui manfaat pemangkasan.
2.    Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam teknik pemangkasan.
3.    Mahasiswa dapat mengetahui cara pemangkasan yang tepat pada tanaman paprika.


1.3    Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa saja manfaat pemangkasan pada tanaman paprika?
2.    Apa saja teknik pemangkasan yang biasa digunakan pada sayuran?
3.    Bagaimana pemangkasan pada tanaman paprika?

-----------------------------------

BAB II
ISI


2.1  Pengertian Pemangkasan
Pemangkasan (purining) adalah tindakan pembuangan bagian-bagian tanaman seperti cabang atau ranting yang tidak dikehendaki (Akbar dkk, 2012).

2.2 Manfaat Pemangkasan
Pemangkasan pada tanaman paprika dilakukan dengan tujuan:
1.    Mendapatkan bentuk tertentu sehingga tanaman memiliki nilai estetika lebih.
Menurut Poincelot (1980) pemangkasan pada paprika dapat menyebabkan tanaman lebih seimbang dari segi ukuran dan bentuk, tanaman menjadi kokoh serta susunan cabang teratur dan lebih mudah dirawat. Pemangkasan juga dilakukan untuk membuang bagian tanaman yang sakit dan rusak sehingga hanya tersisa bagian tanaman yang bagus. Bahkan beberapa tanaman dapat dibentuk sesuai keinginan kita melalui pemangkasan.
2.    Mencapai tingkat efisiensi yang tinggi dalam pemanfaatan cahaya matahari.
Pemangkasan dilakukan untuk membentuk dan meremajakan kanopi tanaman (Purbiati, 1996). Pembetukan kanopi tanaman dapat berimbas pada tersebarnya distribusi cahaya matahari secara lebih merata pada kanopi daun di bawahnya sehingga sumber  (source) dapat memenuhi kebutuhan sink (wadah) yakni bunga dan buah, serta merangsang pertumbuhan bidang percabangan yang luas (Mawarni, 1998).
3.    Mempermudah pengendalian hama penyakit.
Pemangkasan mampu mengurangi kelembaban yang dapat mengundang hama dan penyakit tanaman. Menurut Zrubecz dan Toth (2008) teknologi pemangkasan sangat berpengaruh dalam memproteksi tanaman paprika yang tumbuh di daerah yang telah terinfeksi serangga Frankliniella occidentalis.
4.    Mempermudah pemanenan.
Cabang dan daun yang terlalu rimbun dapat memperlama proses pemanenan. Oleh karena itu, cabang dan daun yang terlalu rimbun perlu dilakukan pemangkasan.
5.    Mengurangi beban buah yang terlampau lebat sehingga didapatkan buah dengan kualitas dan kuantitas yang baik.
Buah merupakan bagian tanaman yang paling banyak menyimpan hasil fotosintesis. Buah yang terlalu banyak pada satu tanaman menyebabkan bagian tanaman yang lain seperti daun dan batang  menjadi kekurangan hasil fotosintesis tersebut, sehingga pucuk tanaman menjadi kurus, pertumbuhan vegetatif  tanaman lambat, ukuran buah kecil dan gugurnya bunga (Puslitbanghort, 2008).
6.    Efisiensi assimilat.
Selama fase pertumbuhan vegetatif terjadi, maka daun, batang, dan akar saling berkompetis untuk mendapatkan assimilat, hara dan air. Jumlah assimilat  yang ditrasportasikan dari ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dan batang berperan sebagai penyimpan fotosintat. Sel-sel meristem seperti pucuk, daun-daun muda dan cabang muda serta organ reproduktif memiliki posisi yang lebih menguntungkan untuk mendapatkan  assimilat. Pada daun muda hampir seluruhnya fotosintat dipergunakan untuk menghasilkan energi. Karena pada awal pertumbuhannya daun-daun muda berperan  sebagai wadah dan kebutuhan assimilatnya dipasok dari daun-daun dewasa melalui floem, kemudian akan berubah menjadi sumber fotosintat. Ini berarti daun-daun muda masih memerlukan assimilat dari organ daun-daun dewasa sampai daun muda tersebut mampu mencukupi  kebutuhannya sendiri. Tujuan utama pemangkasan adalah bagaimana cara mengalokasikan assimilat agar lebih efisien ke biji maupun buah yaitu melalui pengurangan daun bagian non produktif  (Widodo, 1990).


2.2    Macam-Macam Pemangkasan
Menurut Zulkarnain (2009) berdasarkan umur tanaman, pemangkasan dapat dibedakan menjadi tiga,yaitu
1.    Pemangkasan pada pembibitan
2.    Pemangkasan tanaman yang belum menghasilkan
3.    Pemangkasan tanaman yang sudah menghasilkan

Sedangkan berdasarkan tujuannya, pemangkasan dapat dikelompokkan menjadi :
1.    Pemangkasan mengendalikan ukuran tanaman
Pemangkasan dengan tujuan mengendalikan ukuran tanaman biasanya dilakukan pada tanaman yang dibudidayakan dengan tujuan estetika. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembuangan secara selektif terhadap bagian-bagian vegetatif tertentu pada tanaman untuk mempertahankan ukuran optimalnya.

2.    Pemangkasan untuk mengendalikan bentuk tanaman
Pemangkasan ini berkaitan erat dengan kekuatan struktural individutanaman tersebut. Kekuatan struktural ini dapat diperoleh denganmembuang cabang-cabang yang membentuk sudut tajam sehingga menyisakan cabang-cabang dengan sudut yang tumpul/lebar. Percabangandengan sudut tajam/sempit cenderung mudah patah bila mendapat tekanankarena tidak adanya kambium yang sinambung dan adanya kulit kayu atau parenkim yang terjepit pada ketiak batang.

3.    Permangkasan untuk meningkatkan keragaan tanaman
Pemangkasan ini ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan keragaan tanaman. Pemangkasan ini biasanya dilakukan terhadap tanaman yang akan dipindahkan dari suatu lokasi ke lokasi lain atau terhadap bibit yang akan dipindahkan dari pembibitan ke kebun. Pemangkasan ini dilakukan dengan memangkas sebagian akar dan atau daun-daunnya. Pemangkasan akar dapat merangsang inisiasi akar-akar baru. Sedangkan pemangkasan daun dapat mengurangi luas bidang transpirasi sehingga diperoleh keseimbangan antara laju transpirasi melalui daun dengan laju penyerapan air melalui akar.

4.    Pemangkasan untuk memperbaiki kuantitas dan kualitas hasil (produksi)
Pemangkasan dilakukan secara selektif (bukan pemangkasan berat, karena akan merangsang pertumbuhan vegetatif). Pemangkasan selektif ini diharapkan akan membantu akumulasi karbohidrat tanaman untuk pembentukan bunga dan pertumbuhan buah. Selain itu, mutu bunga dan buah sangat dipengaruhi oleh vigor cabang di mana bunga dan buah tersebut berada serta letak cabang tersebut pada pohon. Pemangkasan ini bertujuan untuk memelihara tanaman dengan memotong cabang yang mati atau kering, cabang yang tumbuh ke dalam dan ke bawah, serta cabang air yaitu cabang muda yang tidak akan menghasilkan buah. Pemangkasan produksi dilaksanakan segera setelah panen.

5.    Pemangkasan untuk peremajaan tanaman
Pemangkasan untuk peremajaan tanaman sangat perlu untuk merangsang pertumbuhan reproduktif secara maksimum. Tanaman harus terus-menerus diremajakan agar dapat membentuk kayu pada umur reproduktif optimum sehingga diperoleh keragaan yang unggul. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan peremajaan ini antara lain adalah waktu diferensiasi tunas bunga (inisiasi tunas bunga dapat terjadi pada musim yang sama dengan pembungaan atau dapat pula pada musim sebelumnya) dan umur cabang yang paling banyak menumbuhkan tunas dengan mutu terbaik.


2.3    Teknik Pemangkasan Secara Umum
Menurut Zulkarnain (2009), teknik pemangkasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1.    Pemancungan (headling back), merupakan teknik pemangkasan dengan memotong atau membuang bagian ujung suatu cabang hingga tersisa satu tunas. Pemancungan dapat memecahkan dominansi apikal, maka setelah pemancungan biasanya terjadi pertumbuhan vegetatif yang lebat sebagai akibat dari tumbuhnya tunas-tunas lateral. Oleh karena itu, pemancungan cenderung menghasilkan pertumbuhan tanaman dengan pola menyemak (bush) dan kompak.
2.    Penipisan (thinning out), merupakan tindakan membuang secara total cabang-cabang sehingga yang tersisa hanya cabang pokok atau cabang lateral saja. Penipisan memiliki pengaruh yang berlawanan dengan pemancungan, yakni meningkatkan pemanjangan dari cabang-cabang terminal yang ditinggalkan. Sebagai hasil akhirnya adalah pertumbuhan cabang-cabang lateral menjadi berkurang. Dengan penipisan, tanaman yang tumbuhnya lemah dapat menjadi lebih terbuka sehingga menghasilkan suatu bentuk tanaman yang lebih besar (tetapi bukan lebat). Penipisan juga dapat ditujukan untuk meremajakan tanaman tua sehingga merangsang pertumbuhan titik-titik ditinggalkan.


2.4    Teknik Pemangkasan Tanaman Paprika
Teknik pemangkasan yang dilakukan pada tanaman paprika temasuk dalam campuran antara teknik headling back  dan teknik thinning out (penipisan). Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga. 
·      Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar. 
·      Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun. 
·      Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas.
(Tim Penyusun, 2012)


2.5    Respon Tanaman Paprika terhadap Pemangkasan
Pemangkasan memiliki dampak fisiologis hadap pertumbuhan dan produksi tanaman paprika. Respon fisiologis tanaman terhadap pemangkasan merupakan akibat dari perubahan- perubahan yang terjadi pada bagian-bagian tanaman yang ditinggalkan serta terganggunya pola pembentukan auksin. Pengaruh pemangkasan terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman ini berbeda-beda tergantung apakah pada saat dipangkas tanaman dalam keadaan normal atau sedang tumbuh aktif. 

Pemangkasan berhubungan pula dengan pembungaan tanaman.Tanaman yang dipangkas pucuknya dengan berat, terutama bila masih muda cenderung untuk tetap tumbuh secara vegetatif. Sementara itu, pemangkasan terhadap akar cenderung untuk mendorong pembungaan. Hal ini dapat dijelaskan dengan teori keseimbangan karbohidrat, di mana tanaman yang pucuknya dipangkas berat akan menarik cadangan karbohidrat untuk meningkatkan pertumbuhannya. Penarikan cadangan karbohidrat ini menyebabkan penurunan pada keseimbangan karbohidrat. Sedangkan tanaman yang dipangkas akarnya akan mengalami pengurangan akumulasi nitrogen, sehingga terjadi penurunan dalam pertumbuhan vegetatifnya. Akibatnya akan terjadi surplus karbohidrat sehingga tanaman memasuki fase pertumbuhan generatif. 

Pemangkasan yang dilakukan terhadap ujung batang menyebabkan aktifnya tunas-tunas aksilar yang biasanya terdapat langsung di bawah pangkasan. Hal ini sebagai akibat dari hilangnya meristem penghasil auksin sehingga konsentrasi auksin yang turun ke bawah menjadi berkurang. Akibatnya, terjadi rangsangan untuk inisiasi pertumbuhan tunas-tunas aksilar. Jadi, pemangkasan dengan hanya membuang ujung batang dapat menghasilkan bentuk baru sebagai akibat rusakya domansi apikal. Sementara itu, pemangkasan yang hanya membuang tunas-tunas samping dapat meningkatkan vigor ujung batang, sehingga meningkatkan kandungan auksin eodogen tanaman yang pada gilirannya akan menghambat tumbuhnya tunas-tunas lateral. Terhambatnya tunas lateral menyebabkan terjadinya akumulasi karbohidrat ke bagian lain tanaman, yaitu bagian buah. Sehingga diperoleh paprika yang besar dan berkualitas. Tentu hal ini dapat meningkatkan produktivitas paprika (Zulkarnain , 2009).

-----------------------------


BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Manfaaat pemangkasan tanaman paprika yaitu meningkatkan efisiensi cahaya matahari, meningkatkan efisiensi assimilat, peningkatan kuantitas dan kualitas buah, pengendalian hama dan penyakit, dan mempermudah pemanenan.
2.    Secara umum teknik pemangkasan terdiri atas pemancungan (headling back) dan penipisan (thinning out).
3.    Pemangkasan tanaman paprika meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga. 

3.2    Saran
Adapun saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1.    Pemangkasan paprika perlu disosialisasikan lebih gencar.
2.    Peningkatan produktivitas paprika perlu diimbangi dengan sistem budidaya yang benar mulai dari penyemaian hingga panen dan pascapanen, bukan hanya pemangkasan.



 ------------------------------------


DAFTAR PUSTAKA


Akbar dkk. 2012. Teknik Pemangkasan pada Tanaman Hortikultura. http://www.scribd.com/doc/82370535/Teknik-Pemangkasan-Tanaman-Hortikultura-Bahan-Kuliah-TPTH-I. diakses pada 20 April 2013. Pukul 23.05 WIB.

Alberta. 2004. Guide to commercial greenhouse sweet bell pepper production in
Alberta.http://www1.agric.gov.ab.ca/$department/deptdocs.nsf/all/opp2873[21 April 2013].

Kusmayadi, D. 2011. Pengelolaan pemangkasan paprika dan karakterisasi kuantitatif buah tomat di PT Joro, Bandung Barat, Jawa Barat. IPB. Bogor.

Mawarni, L. 1998. Tanggap Tanaman Kedelai terhadap Pemangkasan dan Tingkat Pemberian Air. Kultura. 145 (XX19): 73 – 77.

Poincelot, R.P. 1980. Horticulture: Principles and Pratical Application. Prentice Hall, INC., Englewood Cliffs. New Jersey. Pp. 281 – 305.

Purbiati, T. 1996. Teknologi Pemangkasan pada Tanaman Mangga. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Karangploso. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. (1): 22 – 25.

Puslitbanghort. 2005. Pengaruh Populasi Tanaman dan Teknik Seleksi Buah dan Pucuk Samping Tanaman Paprika Yang Ditanam Pada Dua Tipe Konstruksi Rumah Plastik Berbeda. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 60 hal.

____________. 2006. Budidaya Tanaman Paprika (Capsicum annum var. grossum) di dalam Rumah Plastik. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 61 hal.

____________. 2008. Budidaya Paprika di Dalam Rumah Kasa Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. 65 hal.


Tim Penulis. 2013. Paprika. http://id.wikipedia.org/wiki/Paprika. diakses pada 20 April 2013. Pukul 22.55 WIB.

Tim Penyusun. 2012. Praktek Pemeliharaan Tanaman. IPDN. Jakarta.

Widodo, S.E. 1990. Alokasi Asimilat dan Efisiensi Hasil. Makalah Disampaikan pada Kursus Singkat Fisiologi Tanaman. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Hal. 1 – 2.

Zrubecz, P and F. Toth. 2008. The effect of pruning on fruit quality composition and on the economic loss caused by Frankliniella occidentalis (Pergande) in greenhouse sweet pepper (Capsicum annuum L.). J. Zoology 4:282-294.

Zulkarnain. 2009. Dasar-Dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANALISIS VEGETASI

ANALISIS VEGETASI (Laporan Praktikum Ilmu dan Teknik Pengendalian Gulma) Oleh Kelompok 7 Desna Herawati Diki Apriadi Dwi Safitri Habiba Nurul Istiqomah Heru Dwi Purnomo JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG 2013

Laporan Kemiringan Lereng

I.                    PENDAHULUAN 1.1               Latar Belakang Topografi merupakan bentuk permukan bumi dipandang dari kemiringan lereng dan beda tinggi dari permukaan laut.   Permukaan tanah dengan beda tinggi dan kemiringan yang sangat besar, maka disebut topografinya bergunung, sedangkan untuk beda tinggi dan kemiringan yang lebih rendah secara berurutan disebut berbukit, bergelombang, dan berombak.   Ilmu yang membahas tentang topgrafi ini disebut geomorfologi.   Dua unsur topografi yang banyak dibahas dan besar pengaruhnya terhadap erosi adalah panjang lereng ( length ,) dan kemiringan lereng ( slope ). Bentuk lereng tergantung pada proses erosi, gerakan tanah, dan pelapukan.   Sedangkan, kemiringan lereng terjadi akibat perubahan permukaan bumi di berbagai tempat yang disebabakan oleh daya-daya eksogen dan gaya-gaya endogen.   Hal inilah yang mengakibatkan perbedaan letak ketinggian titik-titik diatas permukaan bumi. Kemiringan lereng terjadi akibat

Perombakan Bahan Organik dan Siklus Nitrogen

A.     PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK 1.         Sumber Bahan Organik Bahan organik berasal dari sisa-sisa hewan, serasah tumbuhan, dan limbah pertanian. Semua sumber bahan organik mengandung air, bahan mineral (abu), dan senyawa organik. Kandungan air adalah 20%-90% dari berat basah tanaman. Kandungan ini dipengaruhi oleh organ tanaman yang diambil dan umur tanaman tersebut. Kandungan air pada daun akan jauh lebih tinggi dibandingkan kandungan air pada akar tanaman. Bahan mineral (abu) meliputi K, Ca, Mg, Na, P, S serta unsur mikro kurang lebih 1%-10% berat kering. Senyawa organik menyusun <50% berat segar tanaman. Kandungan senyawa organik ini sangat dipengaruhi oleh kandungan air dan debu (Sutanto, 2005). Sutanto (2005) dalam bukunya menyebutkan bahwa senyawa organik dibedakan atas: §      Karbohidrat, yaitu gula dan pati (mengandung sel), pektin, hemiselulosa, selulosa (dinding sel). Karbohidrat merupakan penyusun senyawa organik terbesar penyusun bahan organik (>