Desa adat selalu jadi tempat yang menarik untuk dikunjungi, pun dengan suku Baduy. Akhir Desember 2018, aku pun nekat untuk datang ke sana. Awalnya aku ikut jasa open trip karena jika dilihat dari harga yang mereka tawarkan, rasa-rasanya lebih murah dibanding datang sendiri. Aku bahkan sudah membayar DP untuk dua orang. Sayangnya satu minggu sebelum hari H, travel dibatalkan karena hujan lebat cuaca buruk katanya. Uang kami pun di- refund . Aku dan temanku tetap nekat untuk datang ke Baduy. Hari itu perjalanan aku mulai dari stasiun Pasar Minggu dan bertemu dengan temanku di stasiun Palmerah. Kami berangkat bersama menuju stasiun Rangkas Bitung. Ongkos dengan KRL dari stasiun Pasar Minggu hanya Rp10.000,00. Sampai di stasiun Rangkas Bitung, kami bergerak mencari angkot nomor 07 tujuan terminal Aweh. Di stasiun ini sebenarnya ada banyak jasa travel menawarkan diri langsung menuju desa Ciboleger. Untuk yang datang dengan banyak orang, mungkin ini bisa jadi pilihan simpel namun untuk aku
PENGENDALIAN
HAMA TUNGAU JINGGA (Brevipalpus phoenicis) PADA TANAMAN TEH DENGAN
SANITASI LINGKUNGAN
(Makalah Ilmu Hama Tumbuhan Umum)
Oleh:
Kelompok
2
Dedi
Setiawan
Derta
Risti Ilyin
Dika
Agus Tiandra
Dita Anggeraini
Dwi
Aprianti
Eka
Erliyana
Geraldo
Sandy Wirawan
Habiba
Nurul Istiqomah
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2013
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sanitasi lahan adalah tindakan kesehatan
atau kebersihan lahan terhadap kemungkinan terjangkitnya perkembangan hama
penyakit pada kondisi lahan tertentu. Tindakan sanitasi lahan ditujukan untuk
persiapan lahan asal hutan, konservasi satu tanaman ke lain tanaman untuk
menghindari serangan hama. Tindakan sanitasi dapat dilakukan dengan pestisida
organik ataupun pestisida anorganik. Namun penggunaan pestisida anorganik
sebaiknya dikurangi bahkan dihindari untuk mencegah dampak negatif seperti
pencemaran lahan dan air, menurunkan keanekaragaman mikroorganisma tanah yang
berguna, meningkatnya organisma pengganggu serta resistensinya, menurunnya
produktivitas tanah sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas mikroorganismae
bermanfaat. Salah satu alternatif pengendalian hama selain dengan penggunaan
pestisida yaitu pengendalian hama secara terpadu. Ada beberapa teknik
pengendalian hama secara terpadu salah satunya yaitu dengan cara sanitasi.
Makalah ini membahas cara pengendalian hama tungau jingga (Brevipalpus phoenicis) pada tanaman teh dengan sanitasi
lingkungan. Hama tungau jingga
sangat berbahaya bagi tanaman teh. Hama ini menyerang daun teh tua pada
permukaan bawah daun dan bagian petiolusnya. Pada awal serangan terdapat
bercak-bercak kecil pada pangkal daun. Pada serangan lebih lanjut, kerusakan
akan menuju tulang daun. Kemudian daun menjadi berwarna kemerah-merahan,
kering, dan akhirnya rontok (Setyamidjaja, 2000). Pengendalian dengan sanitasi sangat penting
dilakukan karena hama ini juga menjadikan gulma yang ada di sekitar tanaman
teh, seperti sintrong dan babadotan sebagai inangnya.
1.2
Tujuan Makalah
Adapun tujuan pada pembuatan makalah ini yaitu
sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dari sanitasi lingkungan.
2. Mengetahui cara sanitasi kebun teh dengan teknik sanitasi yang tidak
mencemari dan merusak lingkungan kebun.
3. Mengetahui pengendalian hama tungau
jingga pada tanaman teh dengan cara sanitasi lingkungan.
II.
ISI
2.1
Pengertian
Sanitasi
Sanitasi
adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mengutamakan atau menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat
derajat kesehatan manusia. Menurut Ehler and Steel (1980), sanitasi adalah
usaha pengawasan terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai
penularan penyakit. Pengertian sanitasi mengarah kepada usaha konkrit dalam
mewujudkan kondisi hygienes dan usaha ini dinyatakan dengan pelaksanaan di
lapangan berupa pembersihan, penataan, penyemprotan hama, dan sejenisnya. Oleh
karena itu jika hygienis merupakan tujuan, maka sanitasi merupakan tindakan
nyata untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk melaksanakan hal tersebut maka
diperlukan suatu sistem yang mengatur pelaksanaan hygienis dan sanitasi. Sedangkan menurut West, Wood dan Harger,
sanitasi berasal dari bahasa latin ”sanus” yang berarti ”sound and healthy”
atau bersih secara menyeluruh.
Sanitasi dalam bidang pertanian dapat diartikan sebagai
usaha membersihkan sisa-sisa
atau bagian-bagian tanaman setelah panen. Sisa-sisa atau bagian-bagian tanaman
tersebut seringkali dijadikan sebagai:
§ Tempat
berlindung
§ Tempat
berdiapause
§ Tempat
tinggal sementara sebelum tanaman utama ditanam kembali.
(Kartosuwondo, 1999).
Dengan
melakukan sanitasi berarti kita telah mengurangi populasi awal dari hama tersebut
sehingga kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman berikutnya menjadi berkurang. Jadi
sanitasi dapat dilakukan terhadap :
§ Sisa-sisa tanaman yang
masih hidup.
§ Bagian-bagian
tanaman yang terserang hama
§ Sisa-sisa tanaman yang telah mati
§ Bagian tanaman yang jatuh atau tertinggal pada permukaan tanah
(Peter, 1986).
2.2 Teknik Sanitasi
Tujuan utama
sanitasi ini agar tanaman baru dapat terhindar dari hama dan penyakit tanaman. Teknik
untuk melakukan sanitasi pada kebun tanaman semusim lebih ditekankan pada usaha
atau tindakan sanitasi cara preventif, sedangkan pada kebun tanaman tahunan
dilakukan tindakan kuratif.
a. Melakukan sanitasi cara
preventif artinya melakukan kegiatan pencegahan sebelum hama tungau jingga (Brevipalpus
phoenicis), menimbulkan kerugian pada tanaman teh. Secara umum dapat
dijelaskan cara melakukan sanitasi preventif, yaitu sebagai berikut:
1. Membuat
naungan pada saat persemaian menghadap ke sebelah timur agar matahari pagi
dapat menyinari bedengan dan bibit tanaman untuk merangsang pertumbuhan bibit.
2. Mengatur
saluran drainase agar tidak terjadi penggenangan air terlalu lama, sehingga
kelembaban tanah tidak terlalu tinggi.
3. Melakukan
“ Soil Treatment” pada lahan media tanam.
b. Melakukan sanitasi cara
kuratif artinya melakukan kegiatan sanitasi setelah serangan hama tungau jingga
(Brevipalpus phoenicis) menimbulkan kerugian atau menyerang tanaman pokok
maupun tanaman perantara.
(PPTK, 1997).
2.3
Fungsi
Santisasi Pada Hama Tungau Jingga (Brevipalpus phoenicis)
Adapun
fungsi dilakukannya sanitasi pada ini yaitu:
a. Menjamin proses
produksi berlangsung secara maksimal dengan menekan resiko serangan organisme
pengganggu tanaman serta menekan persaingan untuk mendapatkan tempat tumbuh,
sinar matahari dan unsur hara.
b. Mencegah terjangkitnya
suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari sumber. Usaha
kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada penguasaan terhadap berbagai
faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan (De Basch, 1973).
2.4 Pengendalian Hama
Dengan Sanitasi Dan Eradikasi Pada Tungau Jingga (Brevipalpus phoenicis)
Beberapa jenis hama mempunyai makanan, baik
berupa tanaman yang diusahakan manusia maupun tanaman liar (misal rumput, semak-semak, gulma dan lain -
lain). Pada pengendalian dengan cara sanitasi eradikasi dititikberatkan pada
kebersihan lingkungan di sekitar pertanaman. Kebersihan lingkungan tidak hanya
terbatas di areal yang ada tanamannya, namun pada saat bero dianjurkan pula
membersihkan semak-semak atau turiang-turiang yang ada. Pada musim kemarau, penting dilakukan pengolahan tanah di areal tanaman yang belum
ditanami. Hal ini dimaksudkan untuk membunuh
serangga-serangga yang hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi),
dan membunuh rerumputan yang mungkin merupakan inang pengganti suatu hama
tertentu. Contoh pengendalian dengan eradikasi terhadap serangan hama tungau
jingga (Brevipalpus phoenicis) adalah:
a. Pada daerah serangan hama tungau jingga (Brevipalpus
phoenicis) tetapi bukan merupakan daerah serangan virus, eradikasi
dilakukan pada tanaman teh yang telah
puso. Pada daerah serangan berat eradikasi hendaknya diikuti pemberoan selama 1
- 2 bulan atau mengganti dengan tanaman selain teh.
b. Pada daerah serangan hama tungau jingga (Brevipalpus
phoenicis) yang juga merupakan daerah serangan virus, dapat dilakukan eradikasi
sebagai berikut:
1).
Eradikasi selektif dilakukan pada tanaman teh stadia vegetatif yang terserang
virus dengan intensitas sama dengan atau kurang dari 25 % atau padi stadia
generatif dengan intensitas serangan virus kurang dari 75 %.
2).
Eradikasi total dilakukan terhadap pertanaman statdia vegetatif dengan
intensitas serangan virus lebih besar dari 25 % atau pada tanaman teh stadia
generatif dengan intensitas serangan virus lebih besar sama dengan 75 %. Selain
itu, cara melakukan eradikasi adalah dengan membabat tanaman yang terserang
hama, kemudian membakar atau membenamkan ke dalam tanah (Untung, 1993).
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sanitasi
adalah suatu usaha kesehatan masyarakat yang mengutamakan atau menitik beratkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat
derajat kesehatan manusia.
2. Sanitasi
bertujuan agar tanaman yang baru
ataupun sedang ditanam dapat terhindar dari hama dan penyakit tanaman.
3. Sanitasi pada hama tungau
jingga (Brevipalpus phoenicis) dilakukan agar tanaman teh dapat berproduksi maksimal.
4. Sanitasi
dilakukan pula dengan pengolahan tanah yang dimaksudkan untuk membunuh hama serangga
yang hidup di dalam tanah, memberikan pengudaraan (aerasi), dan membunuh
rerumputan yang mungkin merupakan inang pengganti suatu hama tertentu.
5. Terdapat perbedaan cara eradikasi antara tanaman yang
terkena hama tungau jingga dengan tanaman yang terkena hama tungau jingga dan
virus.
3.2 Saran
Sebaiknya
dilakukan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Salah satu komponen PHT yaitu sanitasi. Sanitasi ini dilakukan dengan sederhana, berupa pembersihan dan penataan lingkungan. Hal ini dimaksudkan untuk menekan resiko
serangan organisme pengganggu tanaman,
mencegah
terjangkitnya suatu penyakit menular dengan jalan memutuskan mata rantai dari
sumber, dan menekan persaingan
untuk mendapatkan tempat tumbuh. Pengendalian
hama akan lebih efektif apabila komponen PHT lain selain sanitasi turut
dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
De
Basch, P. 1973. Biological Control of
Pest and Weeds. Chap and Hall idd.
Publ. 512-627.
Ehler
and Steel. 1980. Definition of sanitation.
Plenum Press. New York.
Kartosuwondo. 1999.
Pengantar Hama Terpadu, U. Dasar-Dasar Pengendalian
Hayati.
Makalah Pelatihan Pengembangan dan Pemasyarakatan PHT di
BPHPT PH,
Jatisari. Karawang.
Peter,
H.R. 1986. Tea Root Primary Structure and
Development. Worth Publisher,
inc. 33, lryving Place New York.
PPTK.
1997. Teknik Sanitasi Tanaman Teh.
Asosiasi Penelitian Perkebunan
Indonesia. Bandung 40012.
Setyamidjaja, Djoehana. 2000. Teh Budidaya & Pengolahan Pascapanen. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Untung,
K. 1993. Pengendalian Secara Terpadu pada
Tanaman Teh. Fakultas
Pertanian UGM Press. Yogyakarta.
Komentar